Minggu, 09 April 2017

Laporan Praktikum Kimia 4 Titrasi Asam dan Basa

4/09/2017 09:43:00 PM Posted by Bagas Lazuardi No comments

LAPORAN PRATIKUM KIMIA



Nama                           : Bagas Lazuardi
NPM                           : E1I015004
Prodi                           : Ilmu Kelautan
Kelompok                   : 6 (Enam)
Hari/jam                      : Kamis, pukul 12.00 WIB
Tanggal                       : 7 April 2016
Ko-Ass                        : 1. Andi Kardo Samosir         E1G012034
                                                              2. Faisal Nasution                 E1G013041
Dosen                          : 1. Devi Silsia, Dra., M.Si
Objek Pratikum           : Titrasi Asam dan Basa

LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asam didefinisikan sebagai senyawa yang mengandung Hidrogen yang bereaksi dengan basa. Basa adalah senyawa yang mengandung  ion OH- atau menghasilkan OH-ketika bereaksi dengan air. Basa bereaksi dengan asam untuk menghasilkan garam dan air). Teori Bronsted memperluas definisi asam dan basa dengan menjelaskan lebih banyak mengenai suatu larutan kimia. Misalnya, teori Bronsted menjelaskan lebih banyak mengenai suatu larutan amonium klorida bersifat asam dan larutan natrium asetat bersifat basa.
Dalam teori Bronsted, asam didefinisikan sebagai suatu zat yang dapat memberikan proton  kepada zat yang lain . Dalam hali ini , proton adalah atom hidrogen yang kehilangan elektronnya. Basa adalah zat yang menerima proton dari zat lain. Reaksi asam dan basa menghasilkan menghasilkan asam dan basa yang lain (Golberg, 2002:5).
Kegunaan larutan asam  Selain asam ada juga senyawa basa dikenal dalam kehidupan sehari-hari seperti aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida yang terdapat pada obat maag dan kalsium hidroksida atau air kapur. Larutan asam dan basa dapat dibedakan melalui pengujian dengan indikator.
Indikator yang sering digunakan adalah lakmus merah dan lakmus biru. Asam-basa juga dikenal di bidang pertanian dan lingkungan hidup yaitu berkaitan dengan pH atau derajat keasaman tanah atau air.  Pengukuran pH dapat dilakukan dengan indikator universal (Mitchael. Purba, 2006:12).
1.2 Tujuan Percobaan
1.      Mahasiswa mampu menerapkan teknik titrasi untuk menganalisis contoh yang mengandung asam.
2.      Mahasiswa mampu menstandarisasi larutan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kata ”asam” berasal dari bahasa Latin “acidum” atau “acid” dalam bahasa Inggris. Kata asam ini dikaitkan dengan rasa asam dari senyawa-senyawanya. Lawan dari asam yaitu ”alkali”, kata ini berasal dari bahasa Arab yang berarti abu tanam-tanaman. Senyawa alkali lebih dikenal dengan nama basa. basa dapat bereaksi dengan asam membentuk garam.  Banyak contoh garam yang digunakan dalam kehidupan.  Yang paling sering digunakan adalah garam dapur atau natrium klorida.  Pada bahasan berikutnya akan diuraikan tentang larutan asam, basa, dan garam serta indikator asam basa (Syukri, 1999:2).
Indikator asam-basa adalah senyawa halokromik yang ditambahkan dalam jumlah kecil ke dalam sampel, umumnya adalah larutan yang akan memberikan warna sesuai dengan kondisi pH larutan tersebut. Pada temperatur 25° Celsius, nilai pH untuk larutan netral adalah 7,0. Di bawah nilai tersebut larutan dikatakan asam, dan di atas nilai tersebut larutan dikatakan basa. Kebanyakan senyawa organik yang dihasilkan makhluk hidup mudah melepaskan proton (bersifat sebagai Asam Lewis), umumnya Asam Karboksilat dan Amina, sehingga indikator asam-basa banyak digunakan dalam bidang kimia hayati dan kimia analitik. Mekanisme perubahan warna oleh indikator adalah reaksi asam-basapembentukan kompleks, dan reaksi redoks (Zaid, 2008:13).
Larutan asam, basa, dan garam memiliki sifat yang berbeda.  Hal ini dapat diamati melalui suatu percobaan dengan menggunakan indikator atau dengan mempelajari rumus dan reaksi-reaksinya.  Salah satu cara yang paling mudah untuk membedakan sifat larutan asam dan basa yaitu  dengan menggunakan  lakmus merah dan lakmus biru.Selain dengan indikator kertas lakmus, identifikasi larutan asam basa bisa digunakan fenolftalein. Dalam kehidupan sehari-hari basa sering digunakan sebagai bahan pembuatan shampo (sampo) bersama-sama dengan lemak atau minyak. Selain itu di bidang kesehatan, Aluminium hidroksida digunakan sebagai bahan obat sakit perut (maag), magnesium hidroksida untuk bahan obat pencahar. Sabun yang kita gunakan bisa dibuat dari basa natrium hidroksida (Anshori, 1997:7).
Menurut Arrhenius asam adalah zat yang bila dilarutkan dalam air terionisasi menghasilkan ion H+ dalam larutannya. Sedangkan basa adalah zat yang bila dilarutkan dalam air terionisasi menghasilkan ion OH-.Menurut lewis, asam adalah suatu spesies yang dapat menerima pasangan elektron bebas (akseptor pasangan elektron) dalam suatu reaksi kimia. Basa adalah suatu spesies yang dapat memberikan pasangan elektron bebas (donor pasangan elektron) (Winanti, 2008:4).
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi asam-basa adalah titrasi yang yang melibatkan asam maupun basa sebagai titer (zat yang telah diketahui konsentrasinya) maupun titrant (zat yang akan ditentukan kadarnya) dan berdasarkan reaksi penetralan asam-basa. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa yang telah diketahui kadarnya, dan sebaliknya, kadar larutan basa dapat diketahui dengan menggunakan larutan asam yang diketahui kadarnya. Titik ekivalen yaitu pH pada saat asam dan basa (titrant dan titer) tepat ekivalen atau secara stoikiometri tepat habis bereaksi. Titik ekuivalen titrasi ini dapat dicapai setelah penambahan 100 ml basa, pada saat ini pH larutan besarnya 7. Titik ekuivalen ini disebut titik akhir teoritis. Problemnya sekarang adalah kita inngin menetapkan titik akhir ini dengan pertolongan indikator. Titik akhir yang dinyatakan oleh indikator disebut titik akhir titrasi. Indikator yang dipakai harus dipilih agar titik akhir titrasi dan teoritis berhimpit atau sangat berdekatan. Untuk itu harus dipilih indikator yang memiliki trayek perubahan warnanya di sekitar titik akhir teoritis (Sukardjo, 1984:6).
Pengukuran atau perhitungan dalam titrasi volumetrik berdasarkan pada pengukuran volume, sehingga dalam analisa titrasi volume konsentrasi kebanyakan dinyatakan dalam molaritas atau normalitas. Normalitas (kemolalan) adalah zat yang terlarut dalam setiap mili larutan. Titrasi sering disebut dengan titrasi volumetrik, karena diketahui volume titrannya.Volumetrik terbagi menjadi beberapa kelompok, antara lain asidimetri dan alkalimetri. Cara titrasi ini berdasarkan pada reaksi asam dan basa (Asikin, 1982:5).



BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
·         Indikator penolphetalein
·         Erlenmeyer
·         Buret 50 mL
·         Statif dan klem
·         Gelas ukur 25 mL atau 10 mL
·         Corong Kaca
·         NaOH 0,1 M
·         HCL 0,1 M
·         H2C2O4
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Standarisasi larutan NaOH 0,1 M
Cuci bersih buret yang akan digunakan untuk standarisasi dan bilas dengan 5 mL larutan NaOH. Putar kran buret untuk mengeluarkan cairan yang tersisa dalam buret, selanjutnya isi buret dengan 5 mL NaOH untuk membasahi dinding buret. Kemudian larutan dikeluarkan lagi dari buret. Larutan NaOH dimasukkan lagi kedalam buret sampai skala tertentu. Catat kedudukan volume awal NaOH dalam buret.
Proses standarisasi :
Ø  Cuci 3 Erlenmeyer, pipet 10 mL larutan asam oksalat 0,1 M dan masukkan kedalam setiap Erlenmeyer dan tambahkan kedalam masing-masing Erlenmeyer 3 tetes indicator penolphtalein (PP).
Ø  Alirkan larutan NaOH yang ada dalam buret sedikit demi sedikit sampai terbentuk warna merah muda yang tidak hilang apabila gelas Erlenmeyer digoyang.
Ø  Catat volume NaOH yang terpakai.
Ø  Ulangi dengan cara yang sama untuk Erlenmeyer ke II dan III.
Ø  Hitung molaritas (M) NaOH.
3.2.2 Penentuan konsentrasi HCL
Ø  Cuci 3 Erlenmeyer, pipet 10 mL larutan HCL 0,1 M dan masukkan kedalam setiap Erlenmeyer.
Ø  Tambahkan kedalam masing-masing Erlenmeyer 3 tetes indicator penolphtalein (PP).
Ø  Alirkan larutan NaOH yang ada dalam buret sedikit demi sedikit sampai terbentuk warna merah muda yang tidak hilang apabila gelas Erlenmeyer digoyang.
Ø  Catat volume NaOH terpakai.
Ø  Ulangi dengan cara yang sama untuk Erlenmeyer ke II dan ke III.
Ø  Hitung molaritas (M) HCl.

BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat
No
Prosedur
Ulangan
Rata-rata
I
II
III
1
Volume larutan asam oksalat 0,1 M
10 mL
10 mL
10 mL
10 mL
2
Volume NaOH terpakai
12 mL
12,5 mL
11,8 mL
12,1 mL
3
Molaritas (M) NaOH
0,083
0,08
0,084
0,082 N

Molaritas (M) NaOH        :
Ulangan 1
V1 x M1 = V2 x M2
10 x 0,1 = 12. M2
        M2
              = 0,083 N
Ulangan 2
V1 x M1 = V2 x M2
10 x 0,1 = 12,5 x M2
        M2
              =  0,08 N
Ulangan 3
V1 x M1 = V2 x M2
10 x 0,1 = 11,8 x M2
         M2 =  
               = 0,084 N
Rata – rata             :
Volume NaOH terpakai :
 = 12,1 mL
Molaritas NaOH :
 = 0,082 N

Standarisasi HCL dengan larutan HCL
No
Prosedur
Ulangan
Rata-rata
I
II
III
1
Volume larutan HCL
10 mL
10 mL
10 mL
10 mL
2
Volume NaOH terpakai
27,5 mL
33 mL
34,7 mL
31,733 mL
3
Molaritas (M) NaOH
Berdasarkan hasil percobaan diatas
0,313 N
4
Molaritas (M) larutan HCl

Ulangan 1
V1 x M1 = V2 x M2
10 x 0,1 = 27,5 x M2
         M2
              = 0,36 N
Ulangan 2
V1 x M1 = V2 x M2
10 x 0,1 = 33 x M2
        M2
              = 0,30 N

Ulangan 3
V1 x M1 = V2 x M2
10 x 0,1 = 34,7 x M2
        M2
              = 0,28 N
Rata – rata             :
Volume NaOH terpakai :
 = 31,733 mL
Molaritas HCl :
 = 0,313 N
  
4. 2 Pembahasan
Dalam percobaan titrasi asam basa yang telah dilakukan, untuk mencari konsentrasi digunakan persamaan pengenceran yaitu :
V1M1 = V2M2
Titik akhir titrasi ditunlukkan dengan adanya perubahan warna larutan yaitu yang awalnya larutan tidak berwarna berubah menjadi berwarna merah muda. Hal ini dikarenakan adanya penambahan fenolftalein 3 tetes pada larutan HCO sebelum dititrasi. Penambahan fenolftalein pada proses ini adalah untuk membantu larutan mengalami perubahan warna. Selain itu, digunakannya indikator fenolftalein ini karena merupakan indikator yang cocok pada percobaan ini, karena pada percobaan titrasi asam basa harus digunakan indikator asam basa yang cocok atau sesuai guna mengurangi kesalahan pada proses titrasi asan basa.
Dari hasil percobaan didapatkan hasil standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat 0,1 M dengan volume 10 ml, pada ulangan I volume NaOH yang terpakai sebanyak 10 ml barulah larutan mengalami perubahan warna, warna yang timbul adalah warna merah muda cerah, setelah dihitung konsentrasi yang didapat untuk larutan NaOH adalah 0,083 M. Sedangkan pada ulangan ke II dengan volume dan konsentrasi asam oksalat yang sama, volume NaOH yang terpakai hanya 12,5 ml larutan sudah mengalami perubahan warna menjadi merah muda dan konsentrasi yang didapat juga berbeda yaitu 0,08 dan untuk ulangan ke III volume NaOH yang terpakai yaitu 11,8 ml dan konsentrasi yang didapat 0,084 N.
Pada percobaan atau proses titrasi yaitu pada saat NaOH diteteskan secara perlahan ke labu erlenmeyer digoyangkan agar menghasilkan perubahan warna, kran ditutup apabila terjadi perubahan warna. Kran ditutup agar penambahan NaOH tidak terlalu banyak, karena penambahan NaOH berlebih akan menyebabkan larutan menjadi melonjak basa, perubahan warna yang terjadi menunjukkan bahwa larutan telah mencapai titik akhir titrasi, yaitu warnanya menjadi merah muda sesuai dengan perubahan warna pada indikator yang digunakan yaitu fenolftalein. Dan percobaan dilakukan secara diplo agar diketahui hasil titrasi yang dilakukan relatif dekat dengan hasil pengukuran volume yang dibutuhkannya untuk mencapai titik ekuivalen.

BAB V
PENUTUP
5. 1 Kesimpulan
1. Kadar atau konsentrasi HCl (asam) dapat ditentukan melalui proses titrasi, yaitu dengan mereaksikan HCl (titrat) yang ditambahkan 2 tetes indicator PP dengan NaOH (titran). Titrasi harus dihentikan bila larutan HCl yang dicampurkan dengan 2 tetes indikator berubah warna dari bening hingga menjadi pink. Volume NaOH yang digunakan akan mempengaruhi hasil konsentrasi dari HCl tersebut, sehingga harus sangat berhati-hati melakukan praktikum ini. Setelah volume NaOH (basa) diketahui, barulah Konsentrasi HCl (asam) bisa dihitung.
·         Volume rata-rata NaOH untuk melakukan titrasi adalah 14,8 ml.
·         Konsentrasi HCl yang digunakan untuk titrasi adalah 0,148 M.
2. Pada indikator phenofthalien, terjadi perubahan warna merah lembayung, itu terjadi karena bukan adanya reaksi kimia, indikator phenofthalien hanya zat untuk menentukan asam atau basa nya suatu zat, karena pH dari phenofthalien itu sendiri adalah 8,3 hingga 10,0. Jadi jika suatu zat berubah warna menjadi merah lembayung, berarti zat tersebut sudah mulai menunjukkan bahwa zat itu basa dengan pH antara 9-10.
5.2 Saran
Diharapkan kepada praktikan untuk mempelajari materi pratikum sebelumnya dengan baik agar saat melakukan pratikum dapat berjalan dengan baik dan kondusif, kemudian jika ada masalah bertanyalah kepada co assisten.
  
JAWABAN PERTANYAAN
1.      Bagaimana caranya agar titik akhir titrasi mendekati titik ekivalen ?
Dengan cara pemilihan indicator yang tepat yaitu digunakan indicator asam basa yang tergantung pada pH larutan, jika terjadi perubahan warna pada indicator yang dipakai maka titik akhir titrasi sudah dicapai.
2.  Jelaskan dengan singkat fungsi indicator.
Digunakan sebagai penentu titik ekivalen.
3.  Jelaskan apakah reaksi dapat berlangsung jika ditambah dengan indicator.
Tidak bisa, karena akan timbul perubahan warna pada larutan tersebut.
4.  Tuliskan dengan lengkap reaksi yang terjadi pada reaksi diatas.
Reaksi asam basa, reaksi redoks, reaksi pengendapan, reaksi pembentukan kompleks.
5.  Jelaskan pengertian larutan standar primer dan larutan standar sekunder.
Larutan standar primer adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya, dalam proses pembuatannya larutan standar primer ini tidak perlu distandarisasi dengan larutan lain untuk memastikan konsentrasi larutan yang sebenarnya, Sedangkan larutan standar sekunder adalah larutan yang dipergunakan untuk menstandarisasi/menentukan konsentrasi larutan lain tetapi larutan standar tersebut haru distandarisasi terlebih dahulu untuk memastikan konsentrasi yang sebenarnya.
6.  Tuliskan syarat-syarat suatu indicator dapat dipakai dalam suatu titrasi.
·                  Harus tersedia dengan mudah dalam bentuk murni atau dalam keadaan kemurnian yang diketahui. 
     Zat harus mudah dikeringkan dan tidak terlalu higroskopik sehingga menyerap air selama penimbangan. Tidak boleh kehilangan bobot bila dibiarkan di udara terbuka.
·                  Mempunyai bobot ekivalen yang tinggi agar kesalahan dalam penimbangan dapat diminimalkan.
·                   Lebih baik berasal dari zat asam dan basa kuat yang disosiasinya tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
Anshori.1987.Penuntun Pelajaran Kimia.Bandung:Ganesha Exact
Asikin, Z.1982.Penuntun Pelajaran Kimia Jilid I.Jakarta:Wijaya 
Goldberg, D.2002.Kimia Untuk Pemula.Jakarta:Erlangga
Purba, Mitchael.2006.Kimia.Jakarta:Erlangga
Sukardjo.1984.Kimia Organik.Jakarta:Rineka Cipta
Syukri.1999.Kimia Dasar 2.Bandung:ITB Press
Winanti.2000.Konsep Dasar Kimia Analitik.Jakarta:PT Gramedia
Zaid Muhamad.2008.Bisa Kimia.Bandung:PT Gramedia

0 komentar:

Posting Komentar