Nama : Bagas Lazuardi
NPM : E1I015004
Prodi : Ilmu Kelautan
Kelompok : 6 (Enam)
Hari/jam : Kamis, pukul 12.00 WIB
Tanggal : 7 April 2016
Ko-Ass : 1. Andi Kardo Samosir E1G012034
2. Faisal Nasution E1G013041
Dosen : 1. Devi Silsia,
Dra., M.Si
Objek
Pratikum : Titrasi Asam dan Basa
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2016
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Asam
didefinisikan sebagai senyawa yang mengandung Hidrogen yang bereaksi dengan
basa. Basa adalah senyawa yang mengandung ion OH- atau menghasilkan
OH-ketika bereaksi dengan air. Basa bereaksi dengan asam untuk menghasilkan
garam dan air). Teori Bronsted memperluas definisi asam dan basa dengan
menjelaskan lebih banyak mengenai suatu larutan kimia. Misalnya, teori Bronsted
menjelaskan lebih banyak mengenai suatu larutan amonium klorida bersifat asam
dan larutan natrium asetat bersifat basa.
Dalam teori Bronsted, asam didefinisikan
sebagai suatu zat yang dapat memberikan proton kepada zat yang lain .
Dalam hali ini , proton adalah atom hidrogen yang kehilangan elektronnya. Basa
adalah zat yang menerima proton dari zat lain. Reaksi asam dan basa
menghasilkan menghasilkan asam dan basa yang lain (Golberg, 2002:5).
Kegunaan larutan
asam Selain asam ada juga senyawa basa dikenal dalam kehidupan
sehari-hari seperti aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida yang terdapat
pada obat maag dan kalsium hidroksida atau air kapur. Larutan asam dan basa
dapat dibedakan melalui pengujian dengan indikator.
Indikator
yang sering digunakan adalah lakmus merah dan lakmus biru. Asam-basa juga
dikenal di bidang pertanian dan lingkungan hidup yaitu berkaitan dengan pH atau
derajat keasaman tanah atau air. Pengukuran pH dapat dilakukan dengan
indikator universal (Mitchael. Purba,
2006:12).
1.2 Tujuan Percobaan
1.
Mahasiswa mampu
menerapkan teknik titrasi untuk menganalisis contoh yang mengandung asam.
2.
Mahasiswa mampu
menstandarisasi larutan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kata
”asam” berasal dari bahasa Latin “acidum” atau “acid” dalam bahasa Inggris.
Kata asam ini dikaitkan dengan rasa asam dari senyawa-senyawanya. Lawan dari
asam yaitu ”alkali”, kata ini berasal dari bahasa Arab yang berarti abu
tanam-tanaman. Senyawa alkali lebih dikenal dengan nama basa. basa dapat
bereaksi dengan asam membentuk garam. Banyak contoh garam yang digunakan
dalam kehidupan. Yang paling sering digunakan adalah garam dapur atau
natrium klorida. Pada bahasan berikutnya akan diuraikan tentang larutan
asam, basa, dan garam serta indikator asam basa (Syukri, 1999:2).
Indikator asam-basa adalah senyawa halokromik yang ditambahkan dalam jumlah kecil ke
dalam sampel, umumnya adalah larutan yang akan
memberikan warna sesuai dengan kondisi pH larutan tersebut. Pada temperatur 25°
Celsius, nilai pH untuk larutan netral adalah 7,0. Di bawah nilai tersebut
larutan dikatakan asam, dan di atas nilai
tersebut larutan dikatakan basa. Kebanyakan senyawa organik yang dihasilkan
makhluk hidup mudah melepaskan proton (bersifat sebagai Asam Lewis), umumnya Asam Karboksilat dan Amina, sehingga indikator asam-basa banyak
digunakan dalam bidang kimia hayati dan kimia analitik. Mekanisme
perubahan warna oleh indikator adalah reaksi asam-basa, pembentukan kompleks, dan reaksi redoks (Zaid, 2008:13).
Larutan
asam, basa, dan garam memiliki sifat yang berbeda. Hal ini dapat diamati
melalui suatu percobaan dengan menggunakan indikator atau dengan mempelajari
rumus dan reaksi-reaksinya. Salah satu cara yang paling mudah untuk
membedakan sifat larutan asam dan basa yaitu dengan menggunakan
lakmus merah dan lakmus biru.Selain dengan indikator kertas lakmus,
identifikasi larutan asam basa bisa digunakan fenolftalein. Dalam kehidupan
sehari-hari basa sering digunakan sebagai bahan pembuatan shampo (sampo)
bersama-sama dengan lemak atau minyak. Selain itu di bidang kesehatan,
Aluminium hidroksida digunakan sebagai bahan obat sakit perut (maag), magnesium
hidroksida untuk bahan obat pencahar. Sabun yang kita gunakan bisa dibuat dari
basa natrium hidroksida (Anshori, 1997:7).
Menurut Arrhenius asam adalah zat yang bila
dilarutkan dalam air terionisasi menghasilkan ion H+ dalam larutannya.
Sedangkan basa adalah zat yang bila dilarutkan dalam air terionisasi
menghasilkan ion OH-.Menurut lewis, asam adalah suatu spesies yang dapat
menerima pasangan elektron bebas (akseptor pasangan elektron) dalam suatu
reaksi kimia. Basa adalah suatu spesies yang dapat memberikan pasangan elektron
bebas (donor pasangan elektron) (Winanti, 2008:4).
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan
kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui
konsentrasinya. Titrasi asam-basa adalah titrasi yang yang melibatkan asam
maupun basa sebagai titer (zat yang telah diketahui konsentrasinya) maupun
titrant (zat yang akan ditentukan kadarnya) dan berdasarkan reaksi penetralan
asam-basa. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa yang
telah diketahui kadarnya, dan sebaliknya, kadar larutan basa dapat diketahui
dengan menggunakan larutan asam yang diketahui kadarnya. Titik ekivalen yaitu
pH pada saat asam dan basa (titrant dan titer) tepat ekivalen atau secara
stoikiometri tepat habis bereaksi. Titik ekuivalen titrasi ini dapat
dicapai setelah penambahan 100 ml basa, pada saat ini pH larutan besarnya 7.
Titik ekuivalen ini disebut titik akhir teoritis. Problemnya sekarang adalah
kita inngin menetapkan titik akhir ini dengan pertolongan indikator. Titik
akhir yang dinyatakan oleh indikator disebut titik akhir titrasi. Indikator
yang dipakai harus dipilih agar titik akhir titrasi dan teoritis berhimpit atau
sangat berdekatan. Untuk itu harus dipilih indikator yang memiliki trayek
perubahan warnanya di sekitar titik akhir teoritis (Sukardjo, 1984:6).
Pengukuran atau perhitungan dalam
titrasi volumetrik berdasarkan pada pengukuran volume, sehingga dalam analisa
titrasi volume konsentrasi kebanyakan dinyatakan dalam molaritas atau
normalitas. Normalitas (kemolalan) adalah zat yang terlarut dalam setiap mili
larutan. Titrasi sering disebut dengan titrasi volumetrik, karena diketahui
volume titrannya.Volumetrik terbagi menjadi beberapa kelompok, antara lain
asidimetri dan alkalimetri. Cara titrasi ini berdasarkan pada reaksi asam dan
basa (Asikin, 1982:5).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
·
Indikator
penolphetalein
·
Erlenmeyer
·
Buret 50 mL
·
Statif dan klem
·
Gelas ukur 25 mL
atau 10 mL
·
Corong Kaca
·
NaOH 0,1 M
·
HCL 0,1 M
·
H2C2O4
3.2
Cara Kerja
3.2.1
Standarisasi larutan NaOH 0,1 M
Cuci bersih buret yang akan digunakan untuk
standarisasi dan bilas dengan 5 mL larutan NaOH. Putar kran buret untuk
mengeluarkan cairan yang tersisa dalam buret, selanjutnya isi buret dengan 5 mL
NaOH untuk membasahi dinding buret. Kemudian larutan dikeluarkan lagi dari
buret. Larutan NaOH dimasukkan lagi kedalam buret sampai skala tertentu. Catat
kedudukan volume awal NaOH dalam buret.
Proses
standarisasi :
Ø Cuci 3 Erlenmeyer, pipet 10 mL larutan asam oksalat
0,1 M dan masukkan kedalam setiap Erlenmeyer dan tambahkan kedalam
masing-masing Erlenmeyer 3 tetes indicator penolphtalein (PP).
Ø Alirkan larutan NaOH yang ada dalam buret sedikit
demi sedikit sampai terbentuk warna merah muda yang tidak hilang apabila gelas
Erlenmeyer digoyang.
Ø Catat volume NaOH yang terpakai.
Ø Ulangi dengan cara yang sama untuk Erlenmeyer ke II
dan III.
Ø Hitung molaritas (M) NaOH.
3.2.2 Penentuan konsentrasi HCL
Ø Cuci 3 Erlenmeyer, pipet 10 mL larutan HCL 0,1 M dan
masukkan kedalam setiap Erlenmeyer.
Ø Tambahkan kedalam masing-masing Erlenmeyer 3 tetes
indicator penolphtalein (PP).
Ø Alirkan larutan NaOH yang ada dalam buret sedikit
demi sedikit sampai terbentuk warna merah muda yang tidak hilang apabila gelas
Erlenmeyer digoyang.
Ø Catat volume NaOH terpakai.
Ø Ulangi dengan cara yang sama untuk Erlenmeyer ke II
dan ke III.
Ø Hitung molaritas (M) HCl.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Standarisasi
NaOH dengan larutan asam oksalat
No
|
Prosedur
|
Ulangan
|
Rata-rata
|
||
I
|
II
|
III
|
|||
1
|
Volume larutan asam oksalat 0,1 M
|
10 mL
|
10 mL
|
10 mL
|
10 mL
|
2
|
Volume NaOH terpakai
|
12 mL
|
12,5 mL
|
11,8 mL
|
12,1 mL
|
3
|
Molaritas (M) NaOH
|
0,083
|
0,08
|
0,084
|
0,082 N
|
Molaritas (M) NaOH :
Ulangan 1
V1 x M1
= V2 x M2
10 x 0,1 = 12. M2
M2 =
= 0,083 N
Ulangan 2
V1 x M1
= V2 x M2
10 x 0,1 = 12,5 x M2
M2 =
= 0,08 N
Ulangan 3
V1 x M1
= V2 x M2
10 x 0,1 = 11,8 x M2
M2 =
= 0,084 N
Rata – rata :
Volume NaOH terpakai :
Molaritas NaOH :
Standarisasi HCL dengan larutan HCL
No
|
Prosedur
|
Ulangan
|
Rata-rata
|
||
I
|
II
|
III
|
|||
1
|
Volume larutan HCL
|
10 mL
|
10 mL
|
10 mL
|
10 mL
|
2
|
Volume NaOH terpakai
|
27,5 mL
|
33 mL
|
34,7 mL
|
31,733 mL
|
3
|
Molaritas (M) NaOH
|
Berdasarkan
hasil percobaan diatas
|
0,313 N
|
||
4
|
Molaritas (M) larutan HCl
|
Ulangan 1
V1 x M1
= V2 x M2
10 x 0,1 = 27,5 x M2
M2 =
= 0,36 N
Ulangan 2
V1 x M1
= V2 x M2
10 x 0,1 = 33 x M2
M2 =
= 0,30 N
Ulangan 3
V1 x M1
= V2 x M2
10 x 0,1 = 34,7 x M2
M2 =
= 0,28 N
Rata – rata :
Volume NaOH terpakai :
Molaritas HCl :
4.
2 Pembahasan
Dalam percobaan titrasi asam basa yang telah
dilakukan, untuk mencari konsentrasi digunakan persamaan pengenceran yaitu :
V1M1 = V2M2
Titik akhir titrasi ditunlukkan dengan adanya
perubahan warna larutan yaitu yang awalnya larutan tidak berwarna berubah
menjadi berwarna merah muda. Hal ini dikarenakan adanya penambahan fenolftalein
3 tetes pada larutan H₂C₂O₄ sebelum
dititrasi. Penambahan fenolftalein pada proses ini adalah untuk membantu
larutan mengalami perubahan warna. Selain itu, digunakannya indikator
fenolftalein ini karena merupakan indikator yang cocok pada percobaan ini,
karena pada percobaan titrasi asam basa harus digunakan indikator asam basa
yang cocok atau sesuai guna mengurangi kesalahan pada proses titrasi asan basa.
Dari hasil percobaan
didapatkan hasil standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat 0,1 M dengan
volume 10 ml, pada ulangan I volume NaOH yang terpakai sebanyak 10 ml barulah
larutan mengalami perubahan warna, warna yang timbul adalah warna merah muda
cerah, setelah dihitung konsentrasi yang didapat untuk larutan NaOH adalah
0,083 M. Sedangkan pada ulangan ke II dengan volume dan konsentrasi asam
oksalat yang sama, volume NaOH yang terpakai hanya 12,5 ml larutan sudah
mengalami perubahan warna menjadi merah muda dan konsentrasi yang didapat juga
berbeda yaitu 0,08 dan untuk ulangan ke III volume NaOH yang terpakai yaitu
11,8 ml dan konsentrasi yang didapat 0,084 N.
Pada percobaan atau proses titrasi yaitu pada
saat NaOH diteteskan secara perlahan ke labu erlenmeyer digoyangkan agar
menghasilkan perubahan warna, kran ditutup apabila terjadi perubahan warna.
Kran ditutup agar penambahan NaOH tidak terlalu banyak, karena penambahan NaOH
berlebih akan menyebabkan larutan menjadi melonjak basa, perubahan warna yang
terjadi menunjukkan bahwa larutan telah mencapai titik akhir titrasi, yaitu
warnanya menjadi merah muda sesuai dengan perubahan warna pada indikator yang
digunakan yaitu fenolftalein. Dan percobaan dilakukan secara diplo agar
diketahui hasil titrasi yang dilakukan relatif dekat dengan hasil pengukuran
volume yang dibutuhkannya untuk mencapai titik ekuivalen.
BAB V
PENUTUP
5. 1 Kesimpulan
1. Kadar atau
konsentrasi HCl (asam) dapat ditentukan melalui proses titrasi, yaitu dengan
mereaksikan HCl (titrat) yang ditambahkan 2 tetes indicator PP dengan NaOH
(titran). Titrasi harus dihentikan bila larutan HCl yang dicampurkan dengan 2 tetes
indikator berubah warna dari bening hingga menjadi pink. Volume NaOH yang
digunakan akan mempengaruhi hasil konsentrasi dari HCl tersebut, sehingga harus
sangat berhati-hati melakukan praktikum ini. Setelah volume NaOH (basa)
diketahui, barulah Konsentrasi HCl (asam) bisa dihitung.
·
Volume rata-rata
NaOH untuk melakukan titrasi adalah 14,8 ml.
·
Konsentrasi HCl
yang digunakan untuk titrasi adalah 0,148 M.
2. Pada
indikator phenofthalien, terjadi perubahan warna merah lembayung, itu terjadi
karena bukan adanya reaksi kimia, indikator phenofthalien hanya zat untuk
menentukan asam atau basa nya suatu zat, karena pH dari phenofthalien itu
sendiri adalah 8,3 hingga 10,0. Jadi jika suatu zat berubah warna menjadi merah
lembayung, berarti zat tersebut sudah mulai menunjukkan bahwa zat itu basa
dengan pH antara 9-10.
5.2 Saran
Diharapkan
kepada praktikan untuk mempelajari materi pratikum sebelumnya dengan baik agar
saat melakukan pratikum dapat berjalan dengan baik dan kondusif, kemudian jika
ada masalah bertanyalah kepada co assisten.
JAWABAN PERTANYAAN
1. Bagaimana
caranya agar titik akhir titrasi mendekati titik ekivalen ?
Dengan cara pemilihan indicator
yang tepat yaitu digunakan indicator asam basa yang tergantung pada pH larutan,
jika terjadi perubahan warna pada indicator yang dipakai maka titik akhir
titrasi sudah dicapai.
2.
Jelaskan dengan singkat fungsi indicator.
Digunakan sebagai
penentu titik ekivalen.
3.
Jelaskan apakah reaksi dapat berlangsung jika ditambah dengan indicator.
Tidak bisa, karena akan
timbul perubahan warna pada larutan tersebut.
4.
Tuliskan dengan lengkap reaksi yang terjadi pada reaksi diatas.
Reaksi asam basa,
reaksi redoks, reaksi pengendapan, reaksi pembentukan kompleks.
5.
Jelaskan pengertian larutan standar primer dan larutan standar sekunder.
Larutan standar primer
adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya, dalam proses pembuatannya
larutan standar primer ini tidak perlu distandarisasi dengan larutan lain untuk
memastikan konsentrasi larutan yang sebenarnya, Sedangkan larutan standar
sekunder adalah larutan yang dipergunakan untuk menstandarisasi/menentukan
konsentrasi larutan lain tetapi larutan standar tersebut haru distandarisasi
terlebih dahulu untuk memastikan konsentrasi yang sebenarnya.
6. Tuliskan
syarat-syarat suatu indicator dapat dipakai dalam suatu titrasi.
· Harus tersedia dengan mudah dalam bentuk
murni atau dalam keadaan kemurnian yang diketahui.
Zat harus mudah dikeringkan dan tidak
terlalu higroskopik sehingga menyerap air selama penimbangan. Tidak boleh
kehilangan bobot bila dibiarkan di udara terbuka.
· Mempunyai bobot ekivalen yang tinggi agar
kesalahan dalam penimbangan dapat diminimalkan.
· Lebih baik berasal dari zat asam dan
basa kuat yang disosiasinya tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Anshori.1987.Penuntun Pelajaran Kimia.Bandung:Ganesha Exact
Asikin, Z.1982.Penuntun Pelajaran Kimia Jilid I.Jakarta:Wijaya
Goldberg, D.2002.Kimia Untuk Pemula.Jakarta:Erlangga
Purba, Mitchael.2006.Kimia.Jakarta:Erlangga
Sukardjo.1984.Kimia Organik.Jakarta:Rineka Cipta
Syukri.1999.Kimia Dasar 2.Bandung:ITB Press
Winanti.2000.Konsep Dasar Kimia Analitik.Jakarta:PT Gramedia
Zaid Muhamad.2008.Bisa Kimia.Bandung:PT Gramedia
0 komentar:
Posting Komentar