Jumat, 26 Mei 2017

Laporan Praktikum Biologi Laut

5/26/2017 09:00:00 PM Posted by Bagas Lazuardi , No comments

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI LAUT
MANGROVE DAN LAMUN

Oleh :
Nama                           : Bagas Lazuardi
NPM                           : E1I015004
Kelas/Kelompok         : A/4 (Empat)
Dosen Pengampu        : 1. Dewi Purnama, S.Pi., M.Si
                          2. Person Pesona Renta, S.Kel, M.,Si
Co Asisten                  : 1. Sebrina Sihite
                          2. Okawati Silitonga
                                                                          3. Lengga Marta
                          4. Worken Malau
                          5. Dodi Andika
                          6. Heti Lesmiana

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2016

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat.Segala puji hanya layak untuk-NYA atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan pratikum biologi laut yang berjudul mangrove dan lamun sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah sebagai tugas bahwa telah melaksanakan pratikum biologi laut tahun 2016 di Pulau Enggano sertamemberikan informasi mengenai keragaman, sebaran dan karakteristik mangrove dan lamun tersebut.
 Dalam penyusunannya, saya mengucapkan terimakasih kepada  co asisten yang telah membimbing kegiatan pratikum dan kepada teman sekelompok yang telah bekerja sama. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.Meskipun saya berharap isi dari laporan praktikum saya ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun penulis menyadari, ini masih jauh dari kesempurnaan, .Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar tugas makalah praktikum biologi laut ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata saya mengucapkan terimakasih, semoga hasil laporan praktikum ini berguna dan bermanfaat menambah ilmu pengetahuan bagi kita semua khususnya dalam mengingkatkan mutu pendidikan dibidang perikanan.


Benngkulu, 20 Mei 2016



                Bagas Lazuardi

DAFTAR ISI

1. KATA PENGANTAR....................................................................................... 1

2. DAFTAR ISI...................................................................................................... 2

3. BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 3

1.1 Latar Belakang...................................................................................... 3

1.2 Tujuan................................................................................................... 3

4. BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 4

2.1 Mangrove.............................................................................................. 4

2.1.1 Karakteristik Hutan Mangrove .........................................................  5

2.1.2 Peranan dan Fungsi Hutan Mangrove................................................ 6

2.2 Lamun................................................................................................... 7

2.2.1 Fungsi Ekosistem Padang Lamun...................................................... 8

2.2.2 Jenis dan Potensi Padang Lamun....................................................... 9

            2.2.3 Permasalahan yang Terjadi di Ekosistem Padang Lamun................ 10

5. BAB III METODOLOGI................................................................................ 11

3.1 Waktu dan Tempat.............................................................................. 11

3.2 Alat dan Bahan................................................................................... 11

3.3. Langkah Kerja.................................................................................... 11

6. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 12

4.1 Mangrove ...........................................................................................  12

4.2 Lamun................................................................................................. 19

7. BAB V PENUTUP........................................................................................... 24

5.1 Kesimpulan......................................................................................... 24

5.2 Saran................................................................................................... 24

8. DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................  25

9. LAMPIRAN..................................................................................................... 26


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
          Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dari pada daratan, oleh karena itu Indonesia di kenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia kaya akan berbagai biota laut baik flora maupun fauna. Demikian luas serta keragaman jasad– jasad hidup di dalam yang kesemuanya membentuk dinamika kehidupan di laut yang saling berkesinambungan.Laut sebagai penyedia sumber daya alam yang produktif baik sebagai sumber pangan, tambang mineral, dan energi, media komunikasi maupun kawasan rekreasi atau pariwisata.Salah satu sumber daya laut yang cukup potensial untuk dapat dimanfaatkan adalah lamun, dimana secara ekologis lamun mempunyai beberapa fungsi penting di daerah pesisir.Lamun merupakan produktifitas primer di perairan dangkal di seluruh dunia dan merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme.Biomassa padang lamun secara kasar berjumlah 700 g bahan kering/m2, sedangkan produktifitasnya adalah 700 g karbon/m2/hari. Oleh sebab itu padang lamun merupakan lingkungan laut dengan produktifitas tinggi (Saparinto. Cahyo, 2007).
Ekosistem lain yang sangat berpengaruh didaerah peisisr ialah Ekosistem Mangrove. Hutan mangrove merupakan salah satu bentuk ekosistem hutan yang unik dan khas, terdapat di daerah pasang surut di wilayah pesisir, pantai, dan atau pulau-pulau kecil, dan merupakan potensi sumberdaya alam yang sangat potensial.Hutan mangrove sangat menunjang perekonomian masyarakat pantai, karena merupakan sumber mata pencaharian masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan.Secara ekologis hutan mangrove di samping sebagai habitat biota laut, juga merupakan tempat pemijahan bagi ikan yang hidup di laut bebas. Keragaman jenis mangrove dan keunikannya juga memiliki potensi sebagai wahana hutan wisata dan atau penyangga perlindungan wilayah pesisir dan pantai
Beberapa ekosistem yang terdapat di laut tropis seperti mangrove dan lamun.Hubungan kedua ekosistem ini sangat sinergis. Apabila salah satu sistem mengalami gangguan,maka sistem yang lain akan berpengaruh juga.
1.2 Tujuan
          Kegiatan pratikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengidentifikasikan dan mengklasifikasikan beberapa jenis lamun dan mangrove beserta biota yang berasosiasi disekitarnya Desa Kahyapu, Kecamatan Enggano, Kabupaten Bengkulu utara, Provinsi Bengkulu.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mangrove
             Mangrove berasal dari kata mangal yang menunjukkan komunitas suatu tumbuhan (Odum, 1983). Di Suriname, kata mangro pada mulanya merupakan kata umum yang dipakai untuk jenis Rhizophora mangle. Di Portugal, kata mangue digunakan untuk menunjukkan suatu individu pohon dan kata mangal untuk komunitas pohon tersebut. Di Perancis, pedanan yang digunakan untuk Mangrove adalah kata menglier. MacNae (1968) menggunakan kata mangrove untuk individu tumbuhan dan mangal untuk komunitasnya. 
Hutan mangrove adalah sebutan untuk sekelompok tumbuhan yang hidup di daerah pasang surut pantai.Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal woodland, vloedbosschen, atau juga hutan payau.Kita sering menyebut hutan di pinggir pantai tersebut sebagai hutan bakau.Sebenarnya, hutan tersebut lebih tepat dinamakan hutan mangrove. Istilah 'mangrove' digunakan sebagai pengganti istilah bakau untuk menghindarkan kemungkinan salah pengertian dengan hutan yang terdiri atas pohon bakau Rhizophora spp. Karena bukan hanya pohon bakau yang tumbuh di sana. Selain bakau, terdapat banyak jenis tumbuhan lain yang hidup di dalamnya (Aksornkoae, 1993).
Hutan bakau atau mangal adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin “Bakau” adalah tumbuhan daratan berbunga yang mengisi kembali pinggian laut. Menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daua alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam dan lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Sedangkan arti kata mangrove adalah vegetasi hutan yang tumbuh di antara garis pasang surut, tetapi juga dapat tumbuh pada pantai karang, pada daratan koral mati yang di atasnya ditumbuhi selapis tipis pasir atau ditimbuni lumpur atau pantai berlumpur (Soerianegara. I, 1982).
            Sumber daya ekosistem mangrove termasuk dalam sumber daya wilayah pesisir, merupakan sumber daya yang bersifat alami dan dapat terbaharui (renewable resources) yang harus dijaga keutuhan fungsi dan kelestariannya, supaya dapat menunjang pembangunan dan dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin dengan pengelolaan yang lestari. Mangrove menghendaki lingkungan tempat tumbuh yang agak ekstrim yaitu membutuhkan air asin (salinitas air), berlumpur dan selalu tergenang, yaitu di daerah yang berbeda dalam jangkauan pasang surut seperti di daerah delta.
2.1.1 Karakteristik Hutan Mangrove
            Bakau adalah nama sekelompok tumbuhan dari marga Rhizophora, suku Rhizophoraceae. Tumbuhan ini memiliki ciri-ciri yang menyolok berupa akar tunjang yang besar dan berkayu, pucuk yang tertutup daun penumpu yang meruncing, serta buah yang berkecambah serta berakar ketika masih di pohon (vivipar). Pohon bakau juga memiliki banyak nama lain seperti tancang, tanjang (Jw.); tinjang (Md.); bangko (Bugis); kawoka (Timor), wako, jangkar dan lain-lain. Secara fisik hutan mangrove menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dan tebing sungai, mencegah terjadinya erosi laut serta sebagai perangkap zat-zat pencemar dan limbah, mempercepat perluasan lahan, melindungi daerah di belakang mangrove dari hempasan dan gelombang dan angin kencang; mencegah intrusi garam (salt intrution) ke arah darat; mengolah limbah organik, dan sebagainya.
Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang mengakibatkan kurangnya aerasi tanah; salinitas tanahnya yang tinggi; serta mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah melewati proses adaptasi dan evolusi (Andi, 1999).
Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut.Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik.Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.
Hutan mangrove mempunyai tajuk yang rata dan rapat serta memiliki jenis pohon yang selalu berdaun.Keadaan lingkungan di mana hutan mangrove tumbuh, mempunyai faktor-faktor yang ekstrim seperti salinitas air tanah dan tanahnya tergenang air terus menerus.Meskipun mangrove toleran terhadap tanah bergaram (halophytes), namun mangrove lebih bersifat facultative daripada bersifat obligative karena dapat tumbuh dengan baik di air tawar. Hal ini terlihat pada jenis Bruguiera sexangula, Bruguiera gymnorrhiza, dan Sonneratia caseolaris yang tumbuh, berbuah dan berkecambah di Kebun Raya Bogor dan hadirnya mangrove di sepanjang tepian sungai Kapuas, sampai ke pedalaman sejauh lebih 200 km, di Kalimantan Barat. Mangrove juga berbeda dari hutan darat, dalam hal ini jenis-jenis mangrove tertentu tumbuh menggerombol di tempat yang sangat luas.Disamping Rhizophora spp., jenis penyusun utama mangrove lainnya dapat tumbuh secara "coppice”.Asosiasi hutan mangrove selain terdiri dari sejumlah jenis yang toleran terhadap air asin dan lingkungan lumpur, bahkan juga dapat berasosiasi dengan hutan air payau di bagian hulunya yang hampir seluruhnya terdiri atas tegakan nipah Nypa fruticans (Bengen.D.G, 2001).
2.1.2 Peranan dan Fungsi Hutan Mangrove
Kawasan pesisir dan laut merupakan sebuah ekosistem yang terpadu dan saling berkolerasi secara timbal balik.Masing-masing elmen dalam ekosistem memiliki peran dan fungsi yang saling mendukung.Kerusakan salah satu komponen ekosistem dari salah satunya (daratan dan lautan) secara langsung berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem keseluruhan.Hutan mangrove merupakan elemen yang paling banyak berperan dalam menyeimbangkan kualitas lingkungan dan menetralisir bahan-bahan pencemar.Secara biologi hutan mangrove mempunyai fungsi sebagai daerah berkembang biak (nursery ground), tempat memijah (spawning ground), dan mencari makanan (feeding ground) untuk berbagai organisme yang bernilai ekonomis khususnya ikan dan udang. Habitat berbagai satwa liar antara lain, reptilia, mamalia, hurting dan lain-lain. Selain itu, hutan mangrove juga merupakan sumber plasma nutfah (Perhutani, 1993).
Secara biologis ekosistem hutan mangrove memiliki produktivitas yang tinggi.Produktivitas primer ekosistem mangrove ini sekitar 400-500 gram karbon/m2/tahun adalah tujuh kali lebih produktif dari ekosistem perairan pantai lainnya.Oleh karenanya, ekosistem mangrove mampu menopang keanekaragaman jenis yang tinggi.Daun mangrove yang berguguran diuraikan oleh fungi, bakteri dan protozoa menjadi komponen-komponen bahan organik yang lebih sederhana (detritus) yang menjadi sumber makanan bagi banyak biota perairan (udang, kepiting dan lain-lain).
Mangrove sejak lama telah dimanfaatkan oleh masyarakat yang tinggal di sekitarnya.Tercatat sekitar 67 macam produk yang dapat dihasilkan oleh ekosistem hutan mangrove dan sebagian besar telah dimanfaatkan oleh masyarakat, misalnya untuk bahan bakar (kayu bakar, arang, alkohol); bahan bangunan (tiang-tiang, papan, pagar); alat-alat penangkapan ikan (tiang sero, bubu, pelampung, tanin untuk penyamak); tekstil dan kulit (rayon, bahan untuk pakaian, tanin untuk menyamak kulit); makanan, minuman dan obat-obatan (gula, alkohol, minyak sayur, cuka); peralatan rumah tangga (mebel, lem, minyak untuk menata rambut); pertanian (pupuk hijau); chips untuk pabrik kertas dan lain-lain (Sudarmadji, 2001).
Hutan mangrove juga berperan dalam pendidikan, penelitian dan pariwisata.Bahkan menurut FAO (1982), di kawasan Asia dan Pasifik, areal mangrove juga digunakan sebagai lahan cadangan untuk transmigrasi, industri minyak, pemukiman dan peternakan. Dari kawasan hutan mangrove dapat diperoleh tiga macam manfaat.Pertama, berupa hasil hutan, baik bahan pangan maupun bahan keperluan lainnya.Kedua, berupa pembukaan lahan mangrove untuk digunakan dalam kegiatan produksi baik pangan maupun non-pangan serta sarana/prasarana penunjang dan pemukiman.Manfaat ketiga berupa fungsi fisik dari ekosistem mangrove berupa perlindungan terhadap abrasi, pencegah terhadap rembesan air laut dan lain-lain fungsi fisik.
Menurut Suryanto mengungkapkan beberapa keutamaan hutan mangrove baik dari aspek ekonomi maupun aspek lingkungan, yaitu: 
1. Penghasil Kayu. Hutan mangrove dengan komposisi berbagai jenis pohon dapat menghasilkan kayu untuk pertukangan dan industri lainnya. 
2. Tempat pemijahan berbagai jenis ikan. Dengan adanya hutan mangrove di tepi pantai, ikan kecil, kepiting dan udang sangat menyukainya untuk berlindung karena gelombang di bawah tegakan hutan mangrove relatif tenang.Keberadaan biota tersebut juga didukung banyaknya plankton.
3. Menjaga kelestarian terumbu karang. Terumbu karang sangat berguna untuk tempat berlindung beranekaragam binatang air serta memungkinkan dikembangkan untuk tempat wisata alam. 
4. Mencegah abrasi dan erosi pantai. Keutuhan pantai dapat terjaga dan menghindari penurunan luasan pantai secara drastis. Sebagai perisai hidup. Apabila terjadi bencana gelombang tsunami, sehingga sekalipun tertimpa musibah, namun dampak yang ditimbulkannya tidak akan separah seperti yang terjadi di Aceh. Menurut informasi 50% kekuatan gempasan gelombang dapat diredam oleh hutan mangrove
2.2 Lamun
        Lamun didefinisikan sebagai tumbuhan berbunga (angiospermae) yang mampu beradaptasi secara penuh di perairan yang salinitasnya cukup tinggi atau hidup terbenam di dalam air dan memiliki rhizoma, daun, dan akar sejati.Beberapa ahli juga mendefinisikan lamun (seagrass) sebagai tumbuhan air berbunga, hidup di dalam air laut, berpembuluh, berdaun, berimpang, berakar, serta berbiak dengan biji dan tunas.Karena pola hidup lamun sering berupa hamparan maka dikenal juga istilah padang lamun (seagrass bed) yaitu hamparan vegetasi lamun yang menutup suatu area pesisir/laut dangkal, terbentuk dari satu jenis atau lebih dengan kerapatan padat atau jarang. Sedangkan sistem (organisasi) ekologi padang lamun yang terdiri dari komponen biotik dan abiotik disebut ekosistem padang lamun (seagrass ecosystem) (Husni, 2003).
Ekosistem padang lamun memiliki kondisi ekologis yang sangat khusus dan berbeda dengan ekosistem mangrove dan terumbu karang. Ciri-ciri ekologis padang lamun antara lain adalah :
1. Terdapat di perairan pantai yang landai, di dataran lumpur/pasir.
2. Pada batas terendah daerah pasang surut dekat hutan bakau atau di dataran terumbu karang.
3. Mampu hidup sampai kedalaman 30 meter, di perairan tenang dan terlindung.
4. Sangat tergantung pada cahaya matahari yang masuk ke perairan.
5. Mampu melakukan proses metabolisme secara optimal jika keseluruhan tubuhnya terbenam air termasuk daur generatif.
6. Mampu hidup di media air asin.
7. Mempunyai sistem perakaran yang berkembang baik.
2.2.1 Fungsi Ekosistem Padang Lamun
Ekosistem padang lamun merupakan salah satu ekosistem di laut dangkal yang paling produktif. Di samping itu ekosistem lamun mempunyai peranan penting dalam menunjang kehidupan dan perkembangan jasad hidup di laut dangkal, menurut hasil penelitian diketahui bahwa peranan lamun di lingkungan perairan laut dangkal sebagai berikut:
1. Fungsi ekologi
a. Sebagai produsen primer
Lamun mempunyai tingkat produktifitas primer tertinggi bila dibandingkan dengan ekosistem lainnya yang ada di laut dangkal seperti ekosistem terumbu karang.
b. Sebagai habitat biota
Lamun memberikan tempat perlindungan dan tempat menempel berbagai organisme epifit. Disamping itu, padang lamun (seagrass beds) dapat juga sebagai daerah asuhan, padang pengembalaan dan makan dari berbagai jenis ikan herbivora dan ikan–ikan karang (coral fishes).
c. Sebagai penangkap sedimen
Daun lamun yang lebat akan memperlambat air yang disebabkan oleh arus dan ombak, sehingga perairan di sekitarnya menjadi tenang. Disamping itu, rimpang dan akar lamun dapat menahan dan mengikat sedimen, sehingga dapat menguatkan dan menstabilkan dasar permukaaan. Jadi padang lamun yang berfungsi sebagai penangkap sedimen dapat mencegah erosi.
d. Penyaring limbah
Lamun dapat mengakumulasi limbah yang masuk ke perairan.
2. Fungsi ekonomi
a. Digunakan untuk kompos dan pupuk,
b. Cerutu dan mainan anak-anak,
c. Dianyam menjadi keranjang,
d. Tumpukan untuk pematang,
e. Mengisi kasur,
f. Beberapa jenis lamun yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan seperti samo-samo (Enhalus acroides),
g. Dibuat jaring ikan,
h. Bahan untuk pabrik kertas,
i. Obat-obatan,
j. Wisata bahari,
k. Areal marikultur (ikan, teripang, kerang tiram dan rumput laut),
l. Tempat pemancingan.
2.2.2 Jenis dan Potensi Padang Lamun
Lamun dapat ditemukan di seluruh dunia kecuali di daerah kutub.Lebih dari 52 jenis lamun yang telah ditemukan.Dari 20 jenis lamun yang dijumpai di perairan Asia Tenggara, 12 di antaranya dijumpai di Indonesia. Dari beberapa jenis lamun, Thalasiadendron ciliatum mempunyai sebaran yang terbatas, sedangkan Halophila spinulosa tercatat di daerah Riau, Anyer, Baluran, Irian Jaya, Belitung dan Lombok. Begitu pula Halophila decipiens baru ditemukan di Teluk Jakarta, Teluk Moti-Moti dan Kepulaun Aru.Penyebaran padang lamun di Indonesia cukup luas, mencakup hampir seluruh perairan Nusantara yakni Jawa, Sumatera, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Irian Jaya. Dari seluruh jenis, Thalassia hemprichii merupakan yang paling dominan di Indonesia (Kordi, 2011).
Zonasi lamun secara vertikal sebagai berikut:
1. Zona intertidal, dicirikan oleh tumbuhan pionir yang didominasi oleh Halophila ovalis, Cymodocea rotundata dan Holodule pinifolia.
2. Zona intertidal bawah, didominasi oleh Thalassodendron ciliatum. 
Komunitas lamun biasanya ada dalam area yang luas dan rapat. Secara umum komunitas lamun dibagi menjadi 3 asosiasi spesies sehingga membentuk suatu zonasi lamun yaitu:
1. Padang lamun monospesifik (monospesifik seagrass beds)
Hanya terdiri dari 1 spesies saja. Akan tetapi keberadaannya hanya bersifat temporal dan biasanya terjadi pada phase pertengahan sebelum menjadi komunitas yang stabil (padang lamun campuran).
2. Asosiasi 2 atau 3 spesies
Ini merupakan komunitas lamun yang terdiri dari 2 sampai 3 spesies saja. Dan lebih sering dijumpai dibandingkan padang lamun monospesifik.
3. Padang lamun campuran (mixed seagrass beds)
Padang lamun campuran umumnya terdiri dari sedikitnya 4 dari 7 spesies berikut: Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Enhalus acoroides, Halodule uninervis, Halophila ovalis, Syringodium isoetifolium, dan Thalassia hemprichii. Tetapi padang lamun campuran ini, dalam kerangka struktur komunitasnya, selalu terdapat asosiasi spesies Enhalus acoroides dengan Thalassia hemprichii (sebagai spesies lamun yang dominan), dengan kemelimpahan lebih dibanding spesies lamun yang lain (Zulkifli, 2003).
2.2.3 Permasalahan yang Terjadi di Ekosistem Padang Lamun
Ekosistem lamun sudah banyak terancam termasuk di Indonesia baik secara alami maupun oleh aktivitas manusia.Besarnya pengaruh terhadap integritas sumberdaya, meskipun secara garis besar tidak diketahui, namun dapat dipandang di luar batas kesinambungan biologi.Perikanan laut yang meyediakan lebih dari 60% protein hewani yang dibutuhkan dalam menu makanan masyarakat pantai, sebagian tergantung pada ekosistem lamun untuk produktivitas dan pemeliharaanya. Selain itu kerusakan padang lamun oleh manusia akibat pemarkiran perahu yang tidak terkontrol.
Di kawasan pantai, manusia melakukan pengerukan dan pengurugan demi pembangunan pemukiman pantai, indusri, dan saluran navigasi. Hal ini mengakibatkan padang lamun rusak total. Di samping itu, terdapat dampak sekunder pada perairan laut yaitu meningkatnya kekeruhan air, dan terlapisnya insang hewan air oleh lumpur dan tanah hasil pengerukan.Hewan-hewan air tersiksa dan akhirnya mati.Ancaman juga datang dari pencemaran limbah industri, terutama logam berat dan senyawa organoklorin. Dua jenis bahan berbahaya ini mengakibatkan terjadinya akumulasi (penumpukan kandungan) logam berat padang lamun melalui proses yang disebut magnifikasi biologis. Persis seperti proses penumpukan kandungan merkuri yang menimpa kerang-kerangan di Teluk Jakarta.
Selain itu, kebiasaan manusia yang membuang sampah sembarangan ke laut mengakibatkan turunnya kandungan oksigen terlarut di kawasan padang lamun, serta dapat menimbulkan eutrofikasi (peningkatan kesuburan plankton). Hal ini bisa memancing meledaknya pertumbuhan perifiton, sejenis organisme yang hidup menempel di organisme lain. Perifiton yang banyak menempel membuat daun lamun kesulitan menyerap sinar matahari untuk proses fotosintesisnya. Kejadian serupa terjadi jika terjadi pencemaran minyak yang melapisi permukaan daun lamun.Ada pula pencemaran limbah pertanian, terutama pestisida yang mematikan hewan-hewan di padang lamun. Pupuk yang masuk ke perairan laut di mana padang lamun terbentang juga memancing timbulnya eutrofikasi (Fahruddin, 2002).

BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
            Kegiatan pratikum biologi laut materi mangrove dan lamun dilakukan selama dua hari  pada tanggal 7 dan 8 Mei 2016 pukul 09.00WIB s.d selesai. Pratikum ini dilakukan di Desa Kahyapu, Kecamatan Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu.
3.2 Alat dan Bahan
            Adapun alat dan bahan yang digunakan untuk kegiatan pratikum iniialah :
Alat :                                                                                       Bahan :
1. ATK                                                                        1. Buku Identifikasi
2. Kamera                                                                    2. Karton Hitam
3. Bambu                                                                     3. Tali Rafia
4. Penggaris                                                                 4. Kantong Plastik
3.3 Langkah Kerja
a. Adapun langkah kerja pada saat praktikum mengidentifikasi Lamun yaitu:
1.      Mengamati bahan sample lamun meliputi ciri-ciri dan morfologinya.
2.      Menggambar bahan sample lamun yang diamati, mencatat dan mengukur hal-hal yang perlu diukur.
3.      Mengidentifikasi jenis-jenisnya dan menentukan klasifikasinya.
4.      Mengambil bahan sampel di laut.
5.      Mencatat sebagai laporan sementara.
b. Adapun langkah kerja pada saat praktikum mengidentifikasi Mangroveyaitu:
1. Mencatat jenis mangrove yang terdapat di Desa Kahyapu.
2. Mencatat jenis akar, daun dan  banyak propagul pada mangrove tersebut.
3. Mengambil gambar bagian-bagian dari mangrove.
5. Mengambil biota yang berintegrasi pada mangrove.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Mangrove
a.       Jenis:
Gambar Jenis Mangrove yang ditemukan :
No
Gambar
Klasifikasi
Keterangan
1.
Rhizophora mucronata
Regnum : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Magnoliales
Familia : rhizophoraceae
Genus : rhizopora
Species rhizophora mucronata lamk
Tipe akar :
Akar papan
Jumlah propagul :
Tidak ada
2.
Bruguiera hainessii
Regnum : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Rhizophorales
Familia Rhizophoraceae
Genus : Rhizophora
Species : Rhizophora apiculata
Tipe akar :
Akar lutut
Jumlah propagul : 11
3.
Bruguiera sexangula
Regnum : Plantae
Divisio : magnoliophyta
Classis : magnoliopsida
Ordo : myrtales
Familia : rhizophoraceae
Genus : bruguiera
Species:bruguiera sexangula
Tipe akar :
Akar tongkat
Jumlah propagul : 2

b.      Deskripsi:
1.Rhizophora mucronata : Pohon dengan ketinggian mencapai 27 m, jarang melebihi 30 m. Batang memiliki diameter hingga 70 cm dengan kulit kayu berwarna gelap hingga hitam dan terdapat celah horizontal.
Akar tunjang dan akar udara yang tumbuh dari percabangan bagian bawah.
Daun   :Daun berkulit. Gagang daun berwarna hijau, panjang 9 cm. Pinak daun terletak pada pangkal gagang daun berukuran 9 cm. Unit & Letak: sederhana & berlawanan.
Bentuk: elips melebar hingga bulat memanjang
Bunga  :Gagang kepala bunga seperti cagak, bersifat biseksual, masing-masing menempel pada gagang individu yang panjangnya 4 cm. Letak: di ketiak daun. Formasi: Kelompok (4-8 bunga per kelompok). Daun mahkota: 4;putih, ada rambut. 9 mm. Kelopak bunga: 4; kuning pucat, panjangnya 13-19 mm. Benang sari: 8; tak bertangkai.
Buah :Buah lonjong/panjang hingga berbentuk telur berukuran 5-7 cm, berwarna hijaukecoklatan, seringkali kasar di bagian pangkal, berbiji tunggal. Hipokotil silindris, kasar dan berbintil.Leher kotilodon kuning ketika matang. Ukuran: Hipokotil: panjang 36-70 cm dan diameter 2-3 cm..
Penyebaran :Afrika Timur, Madagaskar, Mauritania, Asia tenggara, seluruh Malaysia dan Indonesia, Melanesia dan Mikronesia. Dibawa dan ditanam di Hawaii.
Manfaat :Kayu digunakan sebagai bahan bakar dan arang. Tanin dari kulit kayu digunakan untuk pewarnaan, dan kadang-kadang digunakan sebagai obat dalam kasus hematuria (perdarahan pada air seni).Kadang-kadang ditanam di sepanjang tambak untuk melindungi pematang.
2. Bruguiera hainessi :Berupa semak atau pohon kecil yang selalu hijau, tinggi (meskipun jarang) dapat mencapai 20 m.
Kulit kayu burik, berwarna abu-abu hingga coklat tua, bercelah dan agak membengkak di bagian pangkal pohon.Akar lutut dapat mencapai 30 cm tingginya.
Daun   :Terdapat bercak hitam di bagian bawah daun dan berubah menjadi hijaukekuningan ketika usianya bertambah. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips. Ujung: meruncing. Ukuran: 7cm.
Bunga  :Bunga mengelompok di ujung tandan (panjang tandan: 2 cm). Letak: di ketiak daun. Formasi: kelompok (3-10 bunga per tandan).
Daun mahkota: 8; putihhijau kekuningan, panjang 1,5-2mm. Berambut pada tepinya. Kelopak Bunga: 8; menggelembung, warna hijau kekuningan; bagian bawah berbentuk tabung, panjangnya 7-9 mm.
Buah :Buah melingkar spiral, panjang 2 cm. Hipokotil silindris, agak melengkung, permukaannya halus, warna hijau kekuningan. Ukuran: Hipokotil: panjang 8- 15 cm dan diameter 0,5-1 cm.
Penyebaran :Dari India, Seluruh Asia Tenggara (termasuk Indonesia) hingga Australia utara.
Manfaat :Untuk kayu bakar, tiang dan arang. Buahnya dilaporkan digunakan untuk mengobati penyakit herpes, akar serta daunnya digunakan untuk mengatasi kulit terbakar.Di Sulawesi buahnya dimakan setelah direndam dan dididihkan.
3.Bruguiera sexangula : Pohon yang selalu hijau dengan ketinggian kadang-kadang mencapai 30 m. Kulit kayu coklat muda-abu-abu, halus hingga kasar, memiliki sejumlah lentisel berukuran besar, dan pangkal batang yang membengkak. Akar lutut, dan kadangkadang akar papan.
Daun :Daun agak tebal, berkulit, dan memiliki bercak hitam di bagian bawah. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips. Ujung: meruncing. Ukuran: 17 cm.
Bunga  : letaknya Di ketiak daun. Formasi: soliter (1 bunga per tandan). Daun makhota: 10-11; putih dan kecoklatan jika tua, panjang 15mm. Kadang berambut halus pada tepinya. Kelopak bunga: 10-12; warna kuning kehijauan atau kemerahan atau kecoklatan; panjang tabung 10-15 mm.
Buah :Hipokotil menyempit di kedua ujung. Ukuran: Hipokotil: panjang 6-12 cm dan diameter 1,5 cm.
Penyebaran :Dari India, Seluruh Asia Tenggara (termasuk Indonesia) hingga Australia utara.
Manfaat :Untuk kayu bakar, tiang dan arang. Buahnya dilaporkan digunakan untuk mengobati penyakit herpes, akar serta daunnya digunakan untuk mengatasi kulit terbakar.Di Sulawesi buahnya dimakan setelah direndam dan dididihkan.
c.       Reproduksi :
Hutan bakau atau hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di muara sungai, daerah pasang surut atau tepi laut.Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut.
Mangrove mempunyai system perakaran yang menonjol yang disebut akar nafas
(pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob.Hutan Bakau (mangrove) merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur (Bengen, 2000).Sementara ini wilayah pesisirdidefinisikan sebagai wilayah dimana daratan berbatasan dengan laut. Batas wilayah pesisir di daratan ialah daerah-daerah yang tergenang air maupun yang tidak tergenang air dan masih dipengaruhi oleh proses-proses bahari seperti pasang surutnya laut, angin laut dan intrusi air laut, sedangkan batas wilayah pesisir di laut ialah daerah-daerah yang dipengaruhi oleh proses-proses alami di daratan seperti sedimentasi dan mengalirnya air tawar ke laut, serta daerah-daerah laut yang dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia di daratan seperti penggundulan hutan dan pencemaran.
d.      Habitat :
1. Rhizophora mucronataPada umumnya tumbuh dalam kelompok, dekat atau pada pematang sungai pasang surut dan di muara sungai, jarang sekali tumbuh pada daerah yang jauh dari air pasang surut. Pertumbuhan optimal terjadi pada areal yang tergenang dalam, serta pada tanah yang kaya akan humus. Merupakan salah satu jenis tumbuhan mangrove yang paling penting dan paling tersebar luas.Perbungaan terjadi sepanjang tahun.Anakan seringkali dimakan oleh kepiting, sehingga menghambat pertumbuhan mereka. Anakan yang telah dikeringkan dibawah naungan untuk beberapa hari akan lebih tahan terhadap gangguan kepiting. Hal tersebut mungkin dikarenakan adanya akumulasi tanin dalam jaringan yang kemudian melindungi mereka.
2. Bruguiera hainessitumbuh di sepanjang alur air dan tambak tepi pantai. Substrat yang cocok termasuk lumpur, pasir, tanah payau dan bersalinitas tinggi.Di Australia, perbungaan tercatat dari bulan Juni hingga September, dan berbuah dari bulan September hingga Desember.Hipokotilnya yang ringan mudah untuk disebarkan melalui air, dan nampaknya tumbuh dengan baik pada areal yang menerima cahaya matahari yang sedang hingga cukup.Bunga dibuahi oleh serangga yang terbang pada siang hari, seperti kupu-kupu.Daunnya berlekuk-lekuk, yang merupakan ciri khasnya, disebabkan oleh gangguan serangga. Dapat menjadi sangat dominan di areal yang telah diambil kayunya .
3. Bruguiera sexangulaTumbuh di sepanjang jalur air dan tambak pantai, pada berbagai tipe substrat yang tidak sering tergenang. Biasanya tumbuh pada kondisi yang lebih basah dibanding B. gymnorrhiza.Kadang-kadang terdapat pada pantai berpasir.Toleran terhadap kondisi air asin, payau dan tawar.Perbungaan terjadi sepanjang tahun.Bunganya yang besar diserbuki oleh burung.Hipokotil disebarkan melalui air.
e. Biota yang Hidup
            Inilah biota-biota laut yang ditemukan :
1. Kepiting bakau:
Panjang punggung=7,5cm
Panjang seluruh tubuh=22cm
Lebar punggung =5,5 cm
Panjang kaki=12,5 cm
Panjang perut=6,5 cm
2. Kerang (Estellacar Olivacea)
Panjang tubuh= 6 cm
Lebar tubuh  =5,5cm
3. Mollusca
Panjang tubuh = 4cm
Lebar tubuh =2cm
4. Siput(Auricular auris-midae)
Panjang tubuh=6,5cm
Lebar tubuh=3 cm
5. Kepiting Kecil
Panjang = 4 cm
6.Ikan Gabus
Panjang ventral=7cm
Panjang dorsal=7cm
Panjang seluruh tubuh=7,2 cm

4.2 Lamun
a. Jenis :
Gambar jenis lamun yang ditemukan :
No
Gambar
Klasifikasi
Keterangan
1.
Syringodium qsoetifolium
Regnum : Plantae
Divisio : anthophyta
Classis : angiospermae
Ordo : helobie
Familia : cymodoceae
Genus : syringodium
Species: syringodium isoetifolium
Tipe akar :
5 akar
2.
Cymodocea serrulata

Regnum : Plantae
Divisio : anthophyta
Classis : angiospermae
Ordo : helobie
Familia:cymodoceae
Genus : cymodoceae
Species : cymodocea serrulata enhalus acoroides
Tipe akar :
Banyak di 1m2transek=117 akar.





3.
Thalassia hempricchi
Regnum : Plantae
Divisio : anthophyta
Classis : angiospermae
Ordo : helobiae
Familia : hydrocharitaceae
Genus : thalassia
Species:thalassia hemprichii
Tipe akar :
Banyak 1 m2 transek =11 akar
b. Deskripsi :
1. Syringodiumisoetifolium : Daunnya membulat atau meruncing, bunga menyebar dan terbuka, bentuk daun tipis dan berbentuk silindris/tabung berisi rongga udara dengan bentuk ujung daun yang agak meruncing,panjang daun =14cm dan panjang akar =12cm,banyak di 1m2 transek=5akar jantan dan betina pada individu yang berbeda,bunga terbentuk di sekitar stem vertikal, biji yang matang berwarna gelap dan berkulit keras yang licin, terdapat pada daerah subtidal (tergenang), coastal (pantai), dan terumbu.
2. Cymodocea serrulata : Panjang daun Enhalus acoroides 13cm dan lebar 13-17 mm, rimpang berdiameter lebih 10 mm dengan rambut-rambut kaku,banyak di 1m2 transek=117 akar. Daunnya bercabang dua (distichous), akar tertutupi dengan jaringan hitam dengan serat-serat kasar, tepi daun menggulung ke dalam, rhizoma tebal, terdapat pada daerah pantai yang terlindung dan di esturia dan hanya terdapat di daerah tropis.
3. Thalassia hempricchi : Panjang daun Thalassia hemprichii antara 100-300 mm dan lebarnya 4-10 mm, daunnya bercabang dua (distichous), tidak terpisah, akar tidak tertutupi dengan jaringan hitam, serta dengan serat-serat kasar. Rimpang berdiameter 2-4 mm, tanpa rambut-rambut kaku.
c. Reproduksi :
Sistem Reproduksi lamun sebenarnya dapat dilakukan secara aseksual dan seksual.Secara aseksual dengan membentuk stolon, secara seksual dengan hidrophilus.Dalam sistem reproduksinya, lamun beradaptasi penuh untuk dapat hidup di lingkungan laut termasuk juga kemampuan untuk tumbuh dan melakukan reproduksi pada saat terbenam.Salah satu hal yang paling penting dalam adaptasi reproduksi lamun adalah yaitu kemampuannya untuk melakukan polinasi di bawah air.
Dengan melakukan polinasi berarti lamun adalah tumbuhan yang memiliki bunga, menghasilkan buah dan menyebarkan bibit seperti kebanyakan tumbuhan darat.Lamun memiliki dua bentuk pembungaan, yakni Monoecious (dimana bunga jantan dan betina berada pada satu individu) dan Dioecious (dimana jantan dan betina berada pada individu yang berbeda). Peyerbukan terjadi melalui media air (penyerbukan hydrophyllous). Meskipun lamun adalah tanaman berbunga dan menghasilkan biji melalui reproduksi seksual, modus utama adalah reproduksi aseksual, melalui perpanjangan dari bagian bawah tanah,  berupa rhizoma.
d.Habitat :
Thalassia hemprichii, adalah jenis yangdominan yang terdapat pada rataan terumbukarang baik yang berdasar pasir atau puingdari karang mati. Pada habitat ini jenistersebut dapat membentuk padang lamunyang luas dengan sedikit spesies lain yangterdiri dariHalophila ovalis.
Syringodium isoetifolium mendiami perairan yang jelas dan lebih memilih substrat berpasir dan biasanya ditemukan di perairan dangkal di bawah area antar dan subtidal sampai kedalaman 15 m., beberapa populasi kadang-kadang terkena selama ekstrim surut pada rataan terumbu.isoetifolium Syringodium tidak mengatasi dengan baik dengan gangguan. Di Laut, spesies ini terjadi padat di daerah subtidal pada sedimen halus. Hal ini terjadi sebagai spesies lamun luas. Di pulau-pulau Pasifik Barat, ditemukan di padang rumput padat terkait dengan terumbu karang dan pada platform karang.
Cymodocea serrulatatumbuh di atas pasir berlumpur, pasir halus atau pasir dengan substrat pecahan karang di zona intertidal.Ini merupakan pertengahan spesies yang sukses, dan dapat menjajah sangat cepat sekali didirikan.Spesies ini dapat dengan cepat memulihkan atau kembali setelah gangguan.Ini adalah spesies pionir di Mozambik di saluran tertimbun lumpur.Di Australia timur, itu terjadi di sedimen yang lebih dalam dan telah dikaitkan dengan peningkatan tingkat pertambahan sedimen.Spesies ini merupakan makanan bagi dugong ketika sumber informasi lainnya rendah.Hal ini juga merumput oleh ikan dan landak.
e. Biota yang Hidup :
            Adapun biota – biota laut yang hidup disekitar lamun ialah :
1.Teripang
Panjang tubuh=Kurang Lebih 40 cm
Lebar tubuh = 4 cm
2. Sponge
Panjang tubuh =13cm
Lebar tubuh=1,5cm
3. Rumput Laut (Halimeda opuntia)
Panjang=23 cm
Lebar=4cm
4. Kerang
Panjang tubuh=4cm
Lebar tubuh=2cm
5.Siput
Panjang tubuh=2cm
Lebar tubuh=1,5 cm
6.Ikan
 
Panjang tubuh=7cm
Lebar tubuh=3cm

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan kegiatan pratikum biologi laut materi mangrove dan lamun di Desa Kahyapu, Kecamatan Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat beberapa jenis mangrove dan lamun yaitu : Rhizophora mucronata, Bruguiera hainessii, Bruguiera sexangula, Syringodium isoetifolium, Cymodocea serrulata, danThalassia hempricchdengan memliki ciri-ciri tersendiri yang terdapat dalam pembahasan.
Hutan mangrove mampu mengolah limbah agar kemungkinan pencemaran sedikit dan yang paling utama menghasilkan oksigen.Secara biologi hutan mangrove merupakaan habitat biota darat dan laut, sebagai daerah asuhan, mencari makan, dan tempat menghasilkan bibit ikan, batangnya dapat dijadikan bahan bakar, bahkan dapat dijadikan suplemen.Dan sebagai fungsi wahan wisata, hutan mangrove dijadikan sebagai tempat penelitian dan tempat wisata.
Sedangkan lamun dapat berguna sebagai tempat perlindungan dan tempat menempel berbagai organisme epifit. Disamping itu, padang lamun (seagrass beds) dapat juga sebagai daerah asuhan, padang pengembalaan dan makan dari berbagai jenis ikan herbivora dan ikan–ikan karang (coral fishes). Lamun dapat mengakumulasi limbah yang masuk ke perairan, Lamun mempunyai tingkat produktifitas primer tertinggi bila dibandingkan dengan ekosistem lainnya yang ada di laut dangkal seperti ekosistem terumbu karang.
5.2 Saran
1. Saat melakukan pengamatan terhadap lamun ataupun mangrove, diharapkan kepada praktikan agar lebih jeli dan serius.
2. Saat mengidentifikasi perlu diperhatikan kecermatan dalam mencocokkan sampel yang ada pada buku identifikasi.
3. Saat melakukan pengamatan sebaiknya menggunakan pengaman tubuh dan lebih berhati-hati terhadap biota laut yang berbahaya.
4. Para co asisten diharapkan lebih membantu dan mengawasi para praktikan dalam mengidentifikasi.
5. Pembangunan di wilayah pesisir diharapkan lebih memperhatikan keberlanjutan ekosistem mangrove dan padang lamun karena fungsinya yang sangat penting pada laut dangkal.


DAFTAR PUSTAKA
Aksornkoae.1993.Pedoman Teknis Pengenalan  dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat
Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan.Bogor:Institut Pertanian Bogor
Andi.1999.Budidaya Tambak-Mangrove Terpadu.Jakarta:Majalah Kehutanan Indonesia
Bengen,D.G.2001.Sinopsis Ekosistem Dan Sumberdaya Alam Pesisir. Pusat Kajian
Sumberdaya Pesisir Dan Lautan.Bogor:Institut Pertanian Bogor
Fahruddin.2002.Pemanfaatan, Ancaman, dan Isu-isu Pengelolaan Ekosistem Padang
Lamun.Bogor:Program Pasca Sarjana IPB
Hendra.2011.Laut Nusantara.Jakarta:Djambatan
Husni.2003.Ekosistem Lamun Produsen Organik Tinggi.Jakarta:Pusat Penelitian Oseanografi,
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Kartawinata.1987.Ekosistem Mangrove.Jakarta:Erlangga

Kordi.2011.Biologi Laut-Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut.Jakarta:Pusat Penelitian dan
Pengembangan Oseanologi-LIPI
Perhutani.1993.Pelaksanaan Program Perhutanan Sosial Dengan Sistem Sylvofishery Pada
Kawasan Hutan Payau Di Pulau Jawa.Jakarta:Direksi Perum Perhutani
Saparinto, Cahyo.2007.Pendayagunaan Ekosistem Mangrove.Semarang:Dahara Prize 
Sudarmadji.2001.Rehabilitasi Hutan Mangrove Dengan Pendekatan
Pemberdayaan.Bogor:Fakultas Kehutanan IPB
Soerianegara, I.1982.Ekologi Hutan Indonesia. Bogor:Departemen Manajemen Hutan
Zulkifli.2003.Pengelolaan dan Pengembangan Ekosistem Padang Lamun.Jakarta:Departemen
Kehutanan Indonesia

LAMPIRAN




0 komentar:

Posting Komentar