LAPORAN PRAKTIKUM
“IDENTIFIKASI
FITOPLANKTON”
Disusun Oleh :
Nama :
Bagas Lazuardi
NPM :
E1I015004
Kelompok :
3 (Tiga)
Mata Kuliah :
Oseanografi Biogeologi
Dosen Pengampuh :
1. Aradea Bujana Kusuma, S.Si., M.Si
2. Bertoka Fajar SP Negara, S.Kel., M.Si
Asisten Dosen :
1. Dianty Siallagan
2. Efrodika Dwi Putra
3. M. Rio Pahlawan
4. Kurniawan Soleh
PROGRAM STUDI ILMU
KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Produktivitas
perairan merupakan satu kesatuan dari produktivitas primer, dalam hal ini yang
mengambil peran penting dalam produktivitas laut adalah plankton. Dalam
sumberdaya perairan dapat ditentukan tinggi rendahnya tingkat potensial
berdasarkan tingkat produktivitas suatu perairan yang dilatar belakangin oleh
kajian fisik, kimiawi maupun hayati, sedangkan plankton termasuk dalam kajian
fisik hayati.
Produktivitas perairan
merupakan satu kesatuan dari produktifitas primer yang dalam artian umum adalah
laju produksi bahan organik (dinyatakan dalam C=karbon) melalui reaksi
fotosintesis per satuan volume atau luas suatu perairan tertentu, yang dapat
dinyatakan dalam satuan seperti mg C/m3/hari atau mg C/m2/tahun. Besarnya
produksi itu sendiri dikenal sebagai produksi primer, yang dapat dinyatakan
dengan satuan seperti g C/m3. Tetapi dalam praktiknya, kedua istilah itu sering
digunakan dengan saling tukar. Dalam hal ini yang mengambil peran penting dalam
produktifitas laut adalah plankton
Plankton
merupakan biota (hewan ataupun tumbuhan) yang hidupnya melayang atau mengambang
dalam air dan selalu terbawa hanyut oleh arus. Plankton dibagi menjadi beberapa
golongan sesuai dengan fungsi, ukuran, daur hidup dan sifat sebarannya.
Plankton yang berupa hewan disebut zooplankton, sedangkan yang berupa tumbuhan
disebut fitoplankton. Fitoplankton termasuk bentuk biota tanaman dimana bentuk
biota tanaman tersebut bersifat autotrofik dan menyumbang secara langsung
terhadap keberadaan nutrisi dipermukaan air dengan mengembangkan protoplasmanya
dan cadangan makanan secara langsung dari karbondioksida dan larutan garam
dilaut.
Fitoplankton
hidup diperairan dengan pergerakan yang lemah dan sangat dipengaruhi oleh
pergerakan sekecil apapun. Jenis plankton ini dapat berfotosintesis dan
merupakan pemasok energi terbesar diekosistem laut.
1.2
Tujuan
Adapun
tujuan dari kegiatan praktikum ini yaitu :
1.
Memperoleh
pengetahuan mengenai metode penelitian fitoplankton, terutama teknik sampling,
pengawetan dan identifikasi fitoplankton.
2.
Mengetahui teknik
perhitungan kelimpahan fitoplankton.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Suhu merupakan salah satu faktor pembatas terhadap
ikan-ikan atau biota akuatik. Suhu dapat mengendalikan fungsi fisiologis
organisme dan berperan secara langsung atau tidak langsung bersama dengan
komponen kualitas air lainnya mempengaruhi kualitas akuatik. Temperatur air
mengendalikan spawning dan hatching, mengendalikan aktivitas, memacu atau
menghambat pertumbuhan dan perkembangan, menyebabkan air menjadi panas atau
dingin sekali secara mendadak. Temperatur air juga mempengaruhi berbagai macam
reaksi fisika dan kimiawi di dalam lingkungan akuatik (Nanjti,
1987).
Plankton
merupakan biota (hewan maupun tumbuhan) yang hidupnya melayang atau mengambang
dalam air, dan selalu terbawa hanyut oleh arus. Istilah plankton diperkenalkan
oleh Victor Hensen tahun 1887, yang berasal dari bahasa yunani ,”planktos”,
yang berarti menghanyut atau mengembara. Plankton dibagi menjadi beberapa
golongan sesuai dengan fungsi, ukuran, daur hidup dan sifat sebarannya.
Plankton yang berupa hewan disebut zooplankton sedangkan yang berupa tumbuhan
disebut fitoplankton (Romimohtarto dan Juwana, 1999).
Phytoplankton
adalah termasuk bentuk biota tanaman ; dimana bentuk biota tanaman tersebut
bersifat autotrophic dan menyumbang secara langsung terhadap keberadaan pakan
di permukaan air dengan mengembangkan protoplasmanya dan cadangan makanan
secara langsung dari karbon dioksida dan larutan garam di laut ( Newell and
Newell , 1977).
Fitoplankton
atau plankton nabati adalah plankton tumbuhan yang berukuran microscopis, yang
hidup di perairan dengan pergerakan yang lemah dan sangat dipengaruhi oleh
pergerakan arus sekecil sekalipun. Jenis plankton ini dapat berfotosintesis dan
merupakan pemasok energi terbesar dalam ekosistem laut dan juga berperan
sebagai Poduser primer dalam jaring – jaring makanan . Pada umumnya
fitoplankton di laut didomonasi oleh Diatom ( bacillariophiceae ),
Diniflagellata, Coccolithophore dan Criptomonads, namun yang sering terjaring
adalah diatom dan dinoflagellata sebab mempunyai ukuran yang lebih besar jika
dibandingkan dengan fitoplankton yang lain (Nontji,. 2008).
Kekeruhan
menggambarkan sifat optis air yang ditentukan berdasarkan benyaknya cahaya yang
diserap oleh bahan-bahan yang terdapat dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh
bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut, maupun bahan
anorganik dan organik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain (Serly et al, 2015).
pH
adalah cerminan dan derajat keasaman yang diukur dari jumlah ion hidrogen
menggunakan rumus umum pH=-log (H+). Air murni terdiri dari ion H+ dan OH-
dalam jumlah berimbang hingga pH air murni biasa. Makin banyak ion OH- dalam
cairan makin rendah ion H+ dan makin tinggi pH. Cairan demikian disebut cairan
alkalis. Sebaliknya makin banyak ion H+ makin rendah pH dan cairan tersebut
bersifat asam (Ida et al, 2015).
Dengan
mengetahui kecerahan suatu perairan, kita dapat mengetahui sampai dimana masih
ada kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air, lapiran-lapisan manakah
yang paling keruh, yang agak keruh dan yang paling keruh. Faktor kecerahan ini
berhubungan dengan penetrasi cahaya. Kecerahan perairan tinggi, berarti
penetrasi cahaya yang tinggi dan ideal untuk memicu produktivitas perairan yang
tinggi pula (Sihotang, 2006).
Suhu
air pada suatu perairan dapat dipengaruhi oleh usim, lintang (latitude),
ketinggian dari permukaan laut (altitude), waktu dalam satu hari, penutupan
awan, aliran dan kedalaman air. Peningkatan suhu air mengakibatkan peningkatan
viskositas, reaksi kimia, evaporasi dan volatisasi serta penurunan kelarutan
gas dalam air seperti O2, CO2, N2, CH4 dan sebagainya (Siwi, 2011).
BAB III
METODOLOGI
3.1
Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum lapangan mata kuliah
oseanografi biogeologi ini dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 16 September
2017 pukul 06.00WIB sampai dengan pukul 18.00WIB berlokasi di Pantai Zakat,
Kota Bengkulu dan untuk praktikum laboraorium dilaksanakan pada hari Rabu,
tanggal 20 September 2017 pukul 16.00WIB sampai 18.00WIB berlokasi di
Laboratorium Program Studi Ilmu Kelautan.
3.2
Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan
dalam praktikum ini adalah pH meter, refraktometer, thermometer, secchi disk,
plankton net, kompas, botol plastik, pipet tetes, ATK, rubber boat, tissue,
sampel air laut, lugol dan untuk di laboratorium yaitu aquadest, tissue,
mikroskop, pipet tetes, kaca penutup dan juga sampel fitoplankton.
3.3
Prosedur Kerja
Adapun
langkah kerja dalam kegiatan praktikum ini yaitu :
3.3.1 Salinitas
Prosedur kerja dalam melakukan pengukuran salinitas yang
berfungsi untuk mengetahui kadar garam dalam satu liter air laut adalah sebagai
berikut :
1). Menyiapkan alat dan bahan. Alat dan bahannya adalah
refraktometer untuk mengukur salinitas air laut, aquades sebagai kalibrasi
refraktometer, tissu untuk mengeringkan refraktometer.
2). Mengkalibrasi membran refraktometer dengan aquades dan
dikeringkan menggunakan tissu secara searah.
3) Mengambil air laut
4) Meneteskannya sebanyak 1-2 tetes pada
refraktometer
5) Mencatat pengamatan sebanyak 3 kali
pengulangan.
3.3.2 Temperatur
Prosedur kerja dalam melakukan pengukuran temperatur adalah
sebagai berikut:
1).
Mencelupkan thermometer secara langsung ke dalam perairan dan biarkan beberapa
saat (± 2 menit)
2). Secara
cepat diangkat lalu dibaca nilai temperatur pada skala thermometer Hg sebelum
terpengaruh oleh suhu sekitar dan untuk memperoleh suhu yang maksimal.
3). Melakukan pengukuran ini sebanyak 3 kali
4). Mencatat pengamatan sebanyak 3 kali
pengulangan tersebut.
3.3.3 pH
Prosedur kerja dalam melakukan pengukuran pH adalah sebagai
berikut :
1) Menyiapkan
alat dan bahan. Alat dan bahannya yaitu pH meter digunakan untuk pH air laut.
2) Menyiapkan
ph meter dan mengisi air aquades utuk melihat kenetralannya , melihat nilai pH
nya
3) Kemudian
mengisi pH meter dengan air laut, melihat hasil pH air laut tersebut
4) Mencatat
pengamatan sebanyak 3 kali pengulangan
3.3.4 Kecerahan
Prosedur kerja dalam melakukan pengukuran kecerahan adalah
sebagai berikut:
1) Menyiapkan
alat-alat yang akan digunakan seperti sechi disk dan meteran.
2) Menentukan
lokasi pengukuran kecerahan
3) Menurunkan
sechi disk secara perlahan hingga batas tidak tampak, yakni warna hitam pada
sechi disk tidak lagi terlihat.
4) Kemudian
mengukur panjangnya dengan meteran atau penggaris panjang.
5) Setelah
itu secara perlahan tarik sechi disk keatas hingga warna hitam pada sechi disk
tersebut kembali terlihat lalu ukur juga berapa panjangnya, ini adalah batas
tampak.
6) Setelah
mendapatkan nilai batas tidak tampak dan batas tampak, maka jumlahkan kedua
nilai tersebut lalu dibagi dua. Ini merupakan nilai kecerahan.
7) Catat
pengamatan sebanyak 3 kali pengulangan.
3.3.5 Fitoplankton
Prosedur kerja dalam melakukan
pengukuran suhu adalah sebagai berikut:
1)
Menyiapkan alat Pengambilan sampel plankton dilakukan dengan menggunakan
alat yang bernama plankton net.
2)
Menurunkan plankton net kedalam air laut lalu ditarik dngan menggunakan kapal.
3). Setelah itu mengangkat plankton net
lalu mengambil dan memindahkan sampel dari
dalam tabung plankton kedalam botol sampel.
4)
Memindahkannya dengan posisi botol tidak boleh dimiringkan agar sampel
plankton
dan air didalamya tidak tumpah.
5) Kemudian mengamati plankton tersebut.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
4.1.1 Titik Koordinat praktikum
berdasarkan GPS
No
|
Wilayah
|
Lokasi
|
1
|
Pantai
Zakat, Kota Bengkulu
|
S : 030 34.64.89”
E : 1020
15. 443”
|
Tabel 4.1.1
4.1.2 Tabel Pengukuran
Salinitas
Pengulangan
|
Salinitas
|
1
|
30
ppt
|
2
|
28
ppt
|
3
|
28
ppt
|
Tabel 4.1.2
4.1.3 Tabel Pengukuran
Suhu
Pengulangan
|
Suhu
air laut
|
1
|
32
|
2
|
31
|
3
|
31
|
Tabel 4.1.3
4.1.4
Tabel Pengukuran Kecerahan Air Laut
Pengulangan
|
Waktu
Nampak
|
Waktu
Tidak Nampak
|
Hasil
Kecerahan (m)
|
1
|
30
s
|
61
s
|
300
|
2
|
27
s
|
70
s
|
300
|
3
|
29
s
|
72
s
|
300
|
Tabel 4.1.4
4.1.5 Tabel Pengukuran pH
Air Laut
Pengulangan
|
pH
air Laut
|
1
|
7,4
|
2
|
7,8
|
3
|
7,8
|
Tabel 4.1.5
4.1.6
Presentase nilai N fitoplankton
N = n x (Vr / Vo) x (1 / Vs)
Ket :
N =
jumlah plankton / L
n =
jumlah plankton diamati pada mikroskop
Vr =
volume air tersaring
Vo =
Volume air yang diamati
Vs =
Volume air yang disaring (L)
Vs
= luas mulut plankton net x jarak penarikan plankton
Vr2x πr2
x s
V.r2 = . 0,152 3,14
(0,15)2 x 10
Vs = 0,7065 Vr/ L 3,14 (0,0225) x 10
0,07065
x 10
0,7065
m3
7,065
x 10-2
4.1.7
Identifikasi Fitoplankton Dengan Mikroskop
Pengulangan
|
Hasil Gambar
|
1
|
Coscinodiscus
megalomma
|
2
|
Nitzschia
delicatissima
|
3
|
Trichodesmium
|
Tabel 4.1.7
Klasifikasi
Coscinodiscus
megalomma
Empire Eukaryota
Kingdom Chromista
Phylum Bacillariophyta
Subphylum Coscinodiscophytina
Class Coscinodiscophyceae
Subclass Coscinodiscophycidae
Order Coscinodiscales
Family Coscinodiscaceae
Genus Coscinodiscus
Empire Eukaryota
Kingdom Chromista
Phylum Bacillariophyta
Subphylum Coscinodiscophytina
Class Coscinodiscophyceae
Subclass Coscinodiscophycidae
Order Coscinodiscales
Family Coscinodiscaceae
Genus Coscinodiscus
Klasifikasi
Nitzschia
delicatissima
Empire Eukaryota
Kingdom Chromista
Phylum Bacillariophyta
Subphylum Bacillariophytina
Class Bacillariophyceae
Subclass Bacillariophycidae
Order Bacillariales
Family Bacillariaceae
Genus Nitzschia
Empire Eukaryota
Kingdom Chromista
Phylum Bacillariophyta
Subphylum Bacillariophytina
Class Bacillariophyceae
Subclass Bacillariophycidae
Order Bacillariales
Family Bacillariaceae
Genus Nitzschia
Species N. delicatissima
Klasifikasi
Trichodesmium
Domain Bacteria
Kingdom Eubacteria
Phylum Cyanobacteria
Class Cyanophyceae
Order Oscillatoriales
Family Microcoleaceae
Genus Trichodesmium
Phylum Cyanobacteria
Class Cyanophyceae
Order Oscillatoriales
Family Microcoleaceae
Genus Trichodesmium
Species T. Erythraeum
4.2
Pembahasan
Kegiatan praktikum
pengantar oseanografi ini dilakukan di wilayah pelabuhan pulau baai Bengkulu
dengan titik koordinat S : 030
34.64.89”, E : 1020 15. 443” Parameter
yang diukur yakni parameter fisika yang terdiri dari salinitas, suhu, pH, kecerahan,
sedangkan untuk parameter kimia dan parameter biologi yang terdiri dari
fitoplankton. Pada percobaan pengambilan plankton menggunakan alat yaitu
plankton net, didalam perairan laut, biota-biota yang hidup didalamnya memakan
plankton-plankton terutama ikan-ikan kecil atau larvanya. Jenis plankton yang
ditemukan ada dua jenis yaitu Trichodesmium., Nitzschia
delicatissima, dan
Coscinodiscus megalomma. kedua jenis
plankton ini merupakan pakan alami ikan atau larva. Ciri-ciri Trichodesmium adalah merupakan diatom kecil dengan diameter sel 3-5
mm, hidup di perairan, memiliki alat yang memusat pada permukaan cawan karena
cara hidup plankton ini adalah melayang didalam air dengan alat dari atau sayap
dengan perantara lender.
Untuk pengukuran
salinitas air laut menggunakan alat refrakto meter, percobaan dilakukan sekitar
pukul 10.00WIB dengan tiga kali pengulangan untuk mengikuti standar ke valid-an
suatu data, pada pengulangan pertama didapatkan hasil 30 ppt, yang kedua 28
ppt, dan ketiga yaitu 28 ppt, setelah tiga kali pengulangan ternyata hasil yang
didapatkan tidak berubah yaitu 28 ppt, dari hasil pengukuran tersebut tidak
terdapat perbedaan hasil dan masih
mendukung untuk berjalannya aktivitas organisme perairan.
Untuk pengukuran
temperatur air laut menggunakan alat thermometer, dilakukan sekitar pukul 10.15WIB,
pada percobaan pertama didapatkan hasil 32 C, yang kedua 31 C, dan percobaan yang ketiga didapatkan hasil
31 C, secara
keseluruhan hasil data yang diperoleh menunjukkan suhu perairan tidak mengalami
perbedaan yang mencolok dan masih mendukung untuk berjalannya aktivitas
organisme perairan.
Untuk pengukuran pH air
laut menggunakan alat pH meter, pH
adalah tingkatan yang menunjukan asam atau basa suatu larutan yang diukur pada
skala 00 sampai 14. Sebagian besar biota aquatik sensitive terhadap perubahan
pH dan menyukai nilai pH antara 7 – 8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi nilai
proses biokimia perairan misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH
rendah. Bukan saja nilai pH yang mempengaruhi kualitas suatu perairan, akan
tetapi DO dan salinitas juga sangat berpengaruh diperairan. Percobaan
dilakukan sekitar pukul 10.30WIB, percobaan pertama didapatkan hasil 7,4 yang
kedua 7,8 dan yang ketiga pH air lautnya 7,8.
Untuk pengukuran
kecerahan air laut menggunakan alat secchi disk, dilakukan sekitar pukul 10.45WIB.
Sinar matahari mempunyai arti penting
dalam hubungannya dengan beraneka gejala, termasuk penglihatan, fotosintesis,
dan pemanasan.tingkat kecerahan dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan
intensitas sinar matahari yang masuk ke perairan. Pada percobaan pertama waktu yang
dibutuhkan agar alat tetap nampak yaitu 30 s sedangkan waktu alat tidak tampak
yaitu 61 s dan hasil kecerahannya terdapat pada kedalaman 300 cm, pada
percobaan kedua waktu nampak alat yaitu 27 s sedangkan waktu tidak nampak yaitu
70 s dan hasil kecerahannya terdapat pada kedalaman 300 cm, pada percobaan
terakhir yaitu ketiga waktu nampak alatnya yaitu 29 s sedangkan waktu tidak
nampak yaitu 72 s dan hasil kecerahannya terdapat pada kedalaman 300 cm.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari
praktikum yang telah di lakukan di Pantai Zakat didapatkan hasil rata-rata untuk
salinitas air lautnya yaitu 28 ppt, untuk temperatur air laut rata-ratanya 31, untuk pH air laut rata-ratanya
memiliki pH sebesar 7,8. Pada hasil pengukuran kecerahan air laut waktu yang
paling cepat yaitu pada kedalaman 300 m.
Plankton
yang di temukan di Pantai Zakat tidak terlalu banyak. Jenis plankton yang
ditemukan ada dua jenis yaitu Trichodesmium., Nitzschia
delicatissima, dan
Coscinodiscus megalomma. kedua jenis
plankton ini merupakan pakan alami ikan atau larva. Secara keseluruhan,
kualitas fisik maupun kimia di perairan kota Bengkulu masih dapat di perbaiki
dengan menjaga kelestarian perairan. Dengan demikian keadaan laut Bengkulu
kembali terjaga.
5.2
Saran
Diharapkan kepada praktikkan agar lebih serius dan
teliti dalam pengambilan sampel dilaut ataupun mengidentifikasi fitoplankton
dilaboratorium agar kegiatan praktikum dapat berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ida Ayu. A, M.Dewi.A, I Wayan Arnata.2015.Optimasi Salinitas Dan pH Awal Media
Bg-11terhadap Konsentrasi Biomassa
Tetraselmis Chuii.Jurnal Jurusan
Teknik Industri Pertanian, Fakultas Teknik Pertanian Universitas Udayana.Bali.
Nanjti.1987.Laut Nusantara.Penerbit Djambatan:Jakarta.
Newell, C.E &
Newell, R.C., 1977.Marine Plankton. Hutcn
mhinson & Co. 231p
Nontji Anugrah. 2008.Plankton Laut. LIPI press. Jakarta.
Nontji Anugrah. 2008.Plankton Laut. LIPI press. Jakarta.
Romimohtarto, K
dan Juwana, S. 1999.Biologi Laut-Ilmu
Pengetahuan tentang Biota
Laut. Jakarta: P3O-LIPI.
Serly. M. A,Izmiarti Dan Choirul.2015.Komunitas Fitoplankton Di Sekitar Sungai
Utama Di Zona Litoral Danau
Singkarak, Provinsi Sumatera Barat.Online
Jurnal Of Natural Science.4(3).Universitas Andalas. Sumatera Barat.
Siwi, W.E.R.2011.Pemantauan Dan Prediksi Dinamika Parameter Fisik Dalam
Kaitannya dengan Produktifitas Perairan Laut Dan
Pesisir.Balai Riset Dan
Observasi Kelautan, Bali.
Sihotang.2006.Biologi Laut.Penerbit Djambatan:Jakarta.
LAMPIRAN
0 komentar:
Posting Komentar