LAPORAN
PRAKTIKUM
“ANALISIS
TEKSTUR SEDIMEN”
Disusun Oleh :
Nama : Bagas Lazuardi
NPM : E1I015004
Kelompok : 3 (Tiga)
Mata
Kuliah : Oseanografi
Biogeologi
Dosen
Pengampuh : 1. Aradea Bujana Kusuma,
S.Si., M.Si
2. Bertoka Fajar SP Negara, S.Kel., M.Si
Asisten
Dosen : 1. Dianty Siallagan
2. Efrodika Dwi Putra
3. M. Rio Pahlawan
4. Kurniawan Soleh
PROGRAM
STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2017
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wilayah pesisir merupakan
wilayah yang strategis bagi masyarakat terutama nelayan untuk mengembangkan
kebutuhan ekonomi, selain itu pengelolahan sumber daya alam harus memperhatikan
kondisi lingkungan pesisir. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk dan
jumlah industri, maka akan sebanding dengan isu-isu permasalahan yang dihadapi
di wilayah pesisir, terutama terganggunya lingkungan perairan.
Di dalam kehidupan
sehari-hari sering dijumpai proses sedimentasi (pengendapan) yang diterapkan
pada proses pengolahan air minum. Dimana air yang berasal dari sumber air
sebelum langsung digunakan, air tersebut terlebih dahulu ditampung untuk
disaring dan untuk mengendapkan partikel-partikel yang masih ada dalam air.
Biasanya keberadaan partikel-partikel tersebut dapat menurunkan tingkat
kebersihan dari air tersebut.
Sedimentasi merupakan
salah satu cara pemisahan antara komponen ataupartikel berdasarkan perbedaan
densitasnya melalui medium alir. Oleh karena itu, biasanya pemisahan tersebut
berlangsung lama, terutama jika perbedaan densitas antar komponen tersebut
tidak berbeda jauh. Secara visual, sedimentasi merupakan pemisahan suspensi
menjadi dua fraksi yaitu fraksi supernatan (fraksi yang jernih) dan fraksi
padat pada konsentrasi yang lebih tinggi. Dalam praktek, sedimentasi dapat
dilakukan secara batch (terputus-putus untuk setiap satuan volume atau berat
bahan yang akan dipisahkan per satuan waktu) atau secara kontinyu (terus
menerus).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari kegiatan praktikum
ini yaitu :
1. Mengetahui
tekstur sedimen diperairan sungai kualo.
2. Mengetahui
jenis-jenis tekstur sedimen.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Sedimentasi merupakan salah satu cara pemisahan antara komponen atau
partikel berdasarkan perbedaan densitasnya melalui medium alir. Oleh karena
itu, biasanya pemisahan tersebut berlangsung lama, terutama jika perbedaan
densitas antar komponen tersebut tidak berbeda jauh. Secara visual, sedimentasi
merupakan pemisahan suspensi menjadi dua fraksi yaitu fraksi supernatan (fraksi
yang jernih) dan fraksi padat pada konsentrasi yang lebih tinggi. Dalam
praktek, sedimentasi dapat dilakukan secara batch (terputus-putus untuk setiap
satuan volume atau berat bahan yang akan dipisahkan per satuan waktu) atau secara
kontinyu (terus menerus) (Nurjaya, 1993).
Suspensi yang baik dibuat
dengan menggabungkan sistem flokulasi dan deflokulasi parsial, dan mencegah terjadinya cake,
kemudian dapat ditambahkan zat pensuspensi untuk menjaga agar flok-flok itu
tetap tersuspensi. Bertambahnya viskositas karena zat pensuspensi juga akan
memperlambat pertumbuhan kristal karena lambatnya kecepatan difusi. Sebagian
besar zat pensuspensi berupa koloid hidrofilik yang mempunyai muatan negatif
yang diendapkan oleh zat pemflokulasi. Zat pemflokulasi dapat berupa elektrolit
anorganik, surfaktan ionik, dan polimer hidrofilik (Chasanah, 2010).
Untuk mempercepat proses
sedimentasi dapat digunakan gaya sentrifugal. Dengan metode ini terutama
campuran cair/padat dan cair/cair dapat dipisahkan, dibandingkan dengan metode
yang menggunakan gaya berat, kecepatan pengendapan dengan gaya sentrifugal jauh
lebih baik. Untuk meningkatkan laju pengendapan, gaya gravitasi yang bekerja
pada partikel itu dapat digantikan dengan gaya sentrifugal. Dalam operasi
produksi, separator sentrifugal sudah banyak menggantikan separator gravitasi
karena separator sentrifugal itu jauh lebih efektif dengan partikel dan tetesan
halus, disamping volumenya yang jauh lebih kecil untuk kapasitas tertentu (Triadmodjo, 1999).
Bahan padat akan
mengendap didalam bahan cair yang kerapatannya lebih kecil daripada jerapatan
bahan padat tersebut. Pada konsentrasi yang rendah, hukum Stokes akan berlaku
akan tetapi dalam kebanyakan hal praktek, sentrasin pada umumnya selalu sangat
tinggi. Didalam konsentrasi yang tinggi ini dan bila selang ukuran partikel
tidak terlalu lebih besar dari 10 : 1, seluruh partikel cenderung mengendap pada
kecepatan yang sama. Kecepatan ini terletak antara selang yang diharapklan
darihukum “Stokes” untuk partikel terbesar dan partikel terkecil sebagai
pengaruh, partikel terbesar dan partikel terkecil sebagail pengaruh, partikel
terbesar berkecepatan menurun dan dalam perlambatan ini partikel-partikel
tersebut cenderung untuk mengumpulkan partikel kecil-kecil dan mempercepat
partikel kecil tersebut. Makin tinggi konsentrasi, menghasilkan laju jatuh yang
makin rendah (Syukur, 2002).
Peralatan untuk pemisahan
partikel padat dari bahan cair secara pengendapan gravitasi didesain untuk
melengkapi waktu yang cukup bagi terjadinya pengendapan dan untuk membiarkan
aliran berlebihan, serta endapan dipisahkan tanpa mengganggu pemisahan. Aliran
yang terus menerus melalui peralatan pada umumnya dibutuhkan, sehingga
kecepatan aliran haruslah serendah mungkin untukmencegah gangguan pada endapan
(Nanjti, 1987).
Sedimentasi atau
pengendapan merupakan proses terbawanya material dari pengikisan serta
pelapukan yang disebabkan oleh air, gletser, dan angin yang terbawa hingga
kesuatu tempat lalu akan mengalami pengendapan. Bukan hanya pengendapan saja
yang terjadi akan tetapi material batu tersebut akan berubah menjadi batuan
sedimen.
Suspensi adalah sediaan cair yang
mengandung partikel tidak larut dalam bentuk halus yang terdispersi ke dalam
fase cair. Suspensi terbagi menjadi 6 bagian yaitu suspensi oral, suspensi
topikal, suspensi tetes telinga, suspensi oftalmik, suspensi untuk injeksi, dan
suspensi untuk injeksi terkonstitusi. Suspensi oral adalah sediaan cair yang
mengandung partikel padat dalam bentuk halus yang terdispersi dalam fase cair
dengan bahan pengaroma yang sesuai yang ditujukan untuk penggunaan oral (Serly dan Choirul, 2015).
BAB
III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum mata kuliah oseanografi biogeologi ini
dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 3 Oktober 2017 pukul 10.00WIB sampai
dengan pukul 11.40WIB di Laboratorium Program Studi Ilmu Kelautan.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum adalah sieve
shaker, gelas ukur, timbangan analitik, stopwatch, koran atau nampan dan bahan
yang digunakan yaitu sampel sedimen yang telah dioven dan air.
3.3 Prosedur Kerja
Adapun langkah kerja dalam kegiatan
praktikum ini yaitu :
3.3.1 Analisis Tekstur Sedimen Metode Kering
1. Menimbang
sampel sedimen yang telah di oven seberat 100g.
2. Menyaring
sampel tersebut dengan sieve shaker.
3. Mengayak
sampel tersebut selama 15 menit.
4. Menimbang
hasil dari masing-masing tingkatan, lalu menentukan tipe sedimennya.
3.3.2
Analisi
Tekstur Sedimen Metode Basah
1. Menimbang
sampel sedimen yang telah di oven seberat 50 gr.
2. Mengambil
sampel tersebut dengan gelas ukur sebanyak 100 ml.
3. Memasukkan
sampel yang telah ditimbang tadi kedalam gelas ukur.
4. Mengaduk
sampel selama 5 menit, lalu diamkan selama 15 menit lalu menentukan
tipe sedimennya.
BAB
IV
HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Segitiga Sheppard
Berikut ini adalah
hasil pengamatan analisis tekstur sedimen :
Metode Kering = berat pasir, berat
lumpur, berat liat, berat total sedimen
Fraksi pasir = berat pasir/berat total sedimen x 100% = ... %
Fraksi lumpur = berat lumpur/berat total sedimen x 100% = ... %
Fraksi liat = berat liat/berat total sedimen x 100% = ... %
Metode Basah = total tinggi sedimen,
tinggi pasir, tinggi lumpur
Fraksi pasir = tinggi pasir/tinggi total sedimen x 100% = ... %
Fraksi lumpur = berat lumpur/berat total sedimen x 100% = ... %
Fraksi liat = tinggi liat/tinggi total sedimen x 100% = ... %
4.2 Pembahasan
Dalam proses sedimentasi
(pengendapan) metode basah terdapat tiga gaya yang dapat mempengaruhi gerak
jatuhnya partikel bahan, yaitu gaya gravitasi, gaya apung dan gaya gesek. Gaya
gravitasi menyebabkan suspensi jatuh bebas, dimana semakin besar gaya tersebut,
maka pengendapan partikel bahan semakin cepat. Untuk gaya apung berhubungan
dengan berat bahan, dimana semakin ringan partikel bahan, maka gaya apungnya
semakin besar dan pengendapannya semakin lama. Sedangkan pada gaya gesek
partikel, partikel yang mempunyai bentuk yang kasar akan semakin memperbesar
nilai hambatan partikel untuk mengendap. Ketiga gaya tersebut, selain
mempengaruhi kecepatan pengendapn juga dapat mempengaruhi gerak dari aliran
medium alir yang digunakan dalam proses sedimentasi.
Metode Kering = berat pasir, berat
lumpur, berat liat, berat total sedimen
Fraksi pasir = 83,74/98,91 x 100% = 84,69 %
Fraksi lumpur = 8,04/98,91 x 100% = 8,12 %
Fraksi liat = 7,10/98,91 x 100% = 7,17 %
Dalam
menganalisis tekstur sedimen dengan cara metode kering fraksi berpasir
didapatkan hasil 84,69 %, pada fraksi berlumpur yaitu 8,12 % dan fraksi liat
adalah 7,17 %. Tekstur sedimentasi pada metode kering tertinggi adalah pasir
dengan presentase 84,69 % dikarenakan pengaruh arus yang tidak terlalu kencang
sehingga pasir terbawa oleh arus lebih sedikit dari lumpur ataupun liat.
Metode Basah = total tinggi sedimen,
tinggi pasir, tinggi lumpur
Fraksi pasir = 80/124 x 100% = 54,83 %
Fraksi lumpur = 38/124 x 100% = 30,64 %
Dalam
menganalisis tekstur sedimen dengan cara metode kering fraksi berpasir
didapatkan hasil 54,83 % dan pada fraksi berlumpur yaitu 30,64 %. Tekstur
sedimentasi pada metode kering tertinggi adalah pasir dengan presentase 54,83 %
dikarenakan pengaruh arus juga yang tidak terlalu kencang sehingga pasir
terbawa oleh arus lebih sedikit dari lumpur ataupun liat dan laju sedimen yang
berada dipermukaan aliran sungai didominasi oleh lumpur dan liat sehingga
bagian bawah sungai didominasi oleh pasir yang memiliki massa lebih berat dari
sedimen lainnya.
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun beberapa
kesimpulan yang dapat diambil penulis selama menjalani praktikum yaitu :
1.
Analisis tekstur
sedimen kali ini adalah tekstur yang ada pada perairan sungai kualo didominasi
oleh sedimen pasir karena arus sungai kualo berhulu didaerah pegunungan dan
juga memiliki tanah yang berpasir.
2.
Jenis-jenis tekstur
sedimen yang ada pada perairan sungai kualo adalah pasir, liat dan lumpur,
namun ada juga sedimen batubara yang terbawa karena didaerah hulu sungai
terdapat tambang batubara yang terbawa arus sampai ke muara sungai.
5.2 Saran
Diharapkan untuk
praktikum selanjutnya tidak hanya menggunakan satu alat saja agar waktu dan
kegiatan praktikum dapat berjalan secara efesien dan efektif.
DAFTAR
PUSTAKA
Chasanah, N.,2010.Formulasi Suspensi Doksisiklin Menggunakan Suspending
Agent Pulvis Gummi Arabici:Uji
Stabilitas Fisik dan Daya Antibakteri, Fakultas
Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Nanjti.1987.Laut Nusantara.Penerbit Djambatan:Jakarta.
Nurjaya.1993.Pengantar Oseanografi.Universitas Indonesia Press:Jakarta.
Syukur.2002.Perairan.Beta Offset:Yogyakarta.
Nurjaya.1993.Pengantar Oseanografi.Universitas Indonesia Press:Jakarta.
Syukur.2002.Perairan.Beta Offset:Yogyakarta.
Serly. M. A,Izmiarti Dan Choirul.2015.Sedimentasi Di Sekitar Sungai Utama
Di Zona Litoral Danau Singkarak,
Provinsi Sumatera Barat.Online Jurnal Of Natural
Science.4(3)1-7.Universitas Andalas. Sumatera Barat.
Triadmodjo, Bambang.1999.Teknik Pantai.Beta Offset:Yogyakarta.
LAMPIRAN
0 komentar:
Posting Komentar