Nama : Bagas Lazuardi
NPM : E1I015004
Prodi : Ilmu Kelautan
Kelompok : 6 (Enam)
Hari/jam : Kamis, pukul 12.00 WIB
Tanggal : 28 April 2016
Ko-Ass : 1. Andi Kardo Samosir E1G012034
2. Faisal Nasution E1G013041
Dosen : 1. Devi Silsia,
Dra., M.Si
Objek
Pratikum : Analisa Kualitas Air
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Air merupakan
sumber kehidupan bagi makhluk hidup di muka bumi ini, karena sebgaian besar
dari bumi adalah air. Air yang tersebar di muka bumi ini tidak pernah terdapat
dalam bentuk yang murni, namun bukan berarti bahwa semua air sudah tercemar.
Misalnya, walaupun didaerah pegunungan atau hutan yang terpencil dengan udara
yang bersih dan bebas dari pencemaran, air hujan yang turun di atasnya selalu
mengandung bahan-bahan terlarut seperti CO2, O2, dan N2,
serta bahan-bahan tersuspensi seperti debu dan partikel-partikel lainnya yang
terbawa air hujan dari atmosfer.
Untuk
menentukan kualitas air, pengamatan dilakukan berdasarkan berbagai parameter
air baik fisika, kimia, dan biologinya. Dari segi parameter fisika yaitu suhu,
tingkat kecerahan, tingkat kekeruhan dan tingkat kedalaman,. Parameter kimia
yaitu Ph, O2 terlarut dan CO2 bebas, sedangkan untuk
parameter biologi yaitu plankton dan bentos (Sihotang, 2006).
Air
permukaan dan air sumur pada umumnya mengandung bahan-bahan metal (logam
terlarut seperti Na, Mg, dan Fe). Air yang mengandung komponen-komponen tersebut disebut dalam jumlah
tinggi disebut air sadah. Air yang tidak tercemar selalu merupakan air murni
tetapi merupakan air yang tidak mengandung bahan-bahan asing tertentu dalam
jumlah melebihi batas yang telah ditetapkan sehingga air tersebut digunakan
secara normal untuk keperluan tertentu, misalnya air untuk diminum (air ledeng,
air sumur), berenang/rekreasi, mandi, kehidupan hewan air, pengairan dan
keperluan industri. Untuk hal itu semua diperlukan analisa kualitas air agar
dapat mengetahui kualitas dari air baik dari segi kemurnian air, kandungan air,
tingkat kejernihan air dan lain sebagainya sehingga air dapat digunakan secara
layak.
1.2
Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa mampu menguji atau
menganalisis beberapa sifat fisis dan sifat kimia air secara kualitatif dan
kuantitatif.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Air yang dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari tidak pernah ditemukan dalam keadaan murni. Biasanya air
tersebut mengandung zat-zat kimia dalam kadar tertentu, baik zat-zat kimia
anorganik maupun zat-zat kimia organik. Apabila kandungan zat-zat kimia
tersebut terlalu banyak jumlahnya didalam air, air tersebut dapat menjadi
sumber bencana yang dapat merugikan kelangsungan hidup semua makhluk sekitarnya.
Kini dengan adanya pencemaran-pencemaran air oleh pabrik maupun rumah tangga,
kandungan zat-zat kimia di dalam air semakin meningkat dan pada akhirnya
kualitas air tersebut menurun. Oleh karena itu, diperlukan analisa air untuk
menentukan dan menghitung zat-zat kimia yang terkandung di dalam air sehingga
dapat diketahui air tersebut membahayakan kesehatan, layak tidaknya dikonsumsi
maupun sudah tercemar atau belum (Purnailmawan.2009).
Limnologi
merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang sifat dan struktur
dari perairan daratan yang meliputi mata air, sungai, danau, kolam, dan
rawa-rawa baik yang berupa air tawar maupun air payau. Selain itu alkena
oseanologi yang mempelajari tentang ekosistem laut. Limnologi dan oseanologi
merupakan cabang dari ekologi yang khusus mempelajari tentang sistem perairan
yang terdapat dipermukaan bumi (Sahala.1985).
Limnologi
berkembang sejak awal abad 20 dengan adanya study komperatif antara danau dalam
dan danau dangkal yang dilakukan oleh Agust Thelekann. ia meneliti beberapa
danau Eifel maan bersama Vaist pada Agustus 1910, yang hasilnya memperlihatkan
adanya perbedaan konsentrasi oksigen pada daerah hipoliman dua tipe danau yang
disebabkan perbedaan kelimpahan plankton, kemudian bersama Einar, ilmuan penelitian
ini menjadi dasar dalam penelitian tipe danau, digotrofik, etrofik, dan
disfotik. Selanjutnya Theisnemann dan Novmann meletakkan dasar limnology tahun
1921 (Djaman.1983).
Air merupakan senyawa
kimia yang paling aman dan paling dibutuhkan seluruh makhluk hidup karena tanpa
air, makhluk hidup tidak akan dapat bertahan hidup. Ilmu yang mempelajari
tentang kandungan, sifat-sifat, proses penyebaran, dan kebiasaan alami air
dikenal dengan hidrologi. Hidrologi merupakan induk ilmu untuk percabangan
teknik sipil, dan hidrologi mempelajari masalah persediaan air dan penyaluran
kotoran, sistem pengaliran air dan irigasi, peraturan navigasi dan sungai, dan
pengendalian banjir dan tenaga air (Ardayani, 2005).
Air minum kemasan atau
dengan istilah AMDK (Air Minum Dalam Kemasan), merupakan air minum yang siap di
konsumsi secara langsung tanpa harus melalui proses pemanasan terlebih dahulu. Air
minum dalam kemasan merupakan air yang dikemas dalam berbagai bentuk wadah 19
ltr atau 5 galon , 1500 ml / 600 ml ( bottle), 240 ml /220 ml (cup). Air
kemasan diproses dalam beberapa tahap baik menggunakan proses pemurnian air
(Reverse Osmosis / Tanpa Mineral) maupun proses biasa Water treatment
processing (Mineral), dimana sumber air yang digunakan untuk Air kemasan mineral
berasal dari mata air pengunungan, Untuk Air kemasan Non mineral biasanya dapat
juga digunakan dengan sumber mata air tanah / mata air pengunungan (Syukur,
2002).
Didalam
manajemen kualitas air adalah merupakan suatu upaya memanipulasi kondisi lingkungan
sehingga mereka berada dalam kisaran yang sesuai untuk kehidupan dan
pertumbuhan ikan. Di dalam usaha perikanan, diperlukan untuk mencegah aktivitas
manusia yang mempunyai pengaruh merugikan terhadap kualitas air dan produksi
ikan (Widjanarko, 2005).
BAB III
METODOLOGI
3.1
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan :
·
Gelas ukur 50 ml
·
Gelas ukur 100 ml
·
Pipet tetes
·
Pipet volume 5 ml
·
Pipet volume 10 ml
·
Lampur spirtus
·
Tabung reaksi + rak
·
Batang pengaduk
·
Corong kaca
·
Penjepit tabung reaksi
·
Erlenmeyer
·
Kompor listrik/gas
·
Buret dan statif
·
Corong
·
Neraca analitik
·
Botol semprot
·
Termomete
Bahan yang digunakan :
·
KMnO4
·
Aquadest
·
H2SO4
·
Kertas lakmus merah
·
Asam oksalat (H2SO4)
3.2
Cara Kerja
1.
Suhu/Temperature
·
Menyiapkan sampel (membuka tutup botol
semprot)
·
Celupkan alat pengukur suhu (thermometer
atau O2 meter) kedalam sempel, pastikan tangan anda tidak
bersentuhan dengan alat pengukur tersebut.
·
Membaca angka yang tertera
pada alat tersebut.
2.
Zat padat terlarut dan zat padat tersuspensi
·
Mengambil sebanyak 100 ml dengan gelas
ukur dan tuangkan kedalam gelas piala dan panaskan.
·
Memperhatikan, apakah sempel menjadi
keruh ataukah ada yang mengendap!
·
Jika sampel menjadi keruh berarti ada
zat padat terlarut, sedangkan jika terjadi endapan berarti sempel mengandung
zat padat tersuspensi.
3.
Warna
·
Ambil sempel kedalam tabung reaksi
sebanyak ± ¾ dari volume tabung reaksi.
·
Membangdingkan warnanya dengan larutan
standar yang telah disediakan.
4.
Amoniak (NH3)
·
Memasukkan 10-15 ml sempel kedalam
tabung reaksi.
·
Melipat kertas lakmus merah dimulut
tabung reaksi.
·
Memanaskan diatas lampu spirtus.
·
Mengamati sampel, apakah tercium bau
tengik atau tidak.
·
Sampel mengandung amoniak jika tercium
bau tengik atau lakmus merah berubah menjadi warna biru.
BAB IV
HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
NO
|
Paremeter
|
Hasil Pengamatan
|
|||||||
Air Sabun
|
Air Sumur
|
Air Danau
|
Air Sawah
|
Air Limbah
|
Air Galon
|
Air Parit
|
|||
1
|
Suhu
|
34°
|
30°
|
34°
|
29°
|
25°
|
29°
|
33°
|
|
2
|
Zat
padat terlarut
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Ada
|
Tidak ada
|
|
3
|
Zat
padat tersuspensi
|
Ada
|
Ada
|
Ada
|
Ada
|
Ada
|
Tidak ada
|
Ada
|
|
4
|
Warna
|
Putih keruh
|
Putih bening
|
Bening
kekuningan
|
Kekuningan
|
Putih keruh
|
Putih jernih
|
Kuning bening
|
|
5
|
Amoniak
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Ada
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
|
4.2 Pembahasan
Pada
pengamatan pertama secara fisika didapatkan hasil pengamatan sebagai berikut
yaiti, untuk pengamatan suhu air terdapat perbedaan suhu antara air sabun, air
danau dan air sawah, air galon dengan air sumur, air limbah, yang mana suhu
pada air sabun dan air danau yaitu 34oC, air sawah dan air galon 29oC,
air sumur dan air limbah yaitu 30oC dan 25oC. Pada
pengamatan setelah dipanaskan, untuk pengamatan zat padat terlarut hanya air
galon yang mengandung zat padat terlarut.
Kemudian
untuk zat padat tersuspensi juga hanya galon yang tidak ada zat padat
tersuspensinya. Untuk pengamatan warna setelah dipanaskan air sabun menjadi
putih keruh, air sumur menjadi putih bening, air danau menjadi bening
kekuningan, air sawah menjadi kekuningan, air limbah menjadi putih keruh, air
galon menjadi putih jernih, dan air parit menjadi kuning bening.
Untuk
pengamatan uji kandungan amoniak hanya air sawah yang mengandung amoniak. Sebenarnya
Analisa bau air yang dilakukan pada percobaan praktikum kimia air ini sifatnya
relatif, karena untuk pengukurannya dilakukan dengan langsung menggunakan
hidung kita serta tidak disediakan parameter standar. Maka setiap orang pasti
memiliki hasil yang berbeda-beda.
Bau
dalam air dapat disebabkan oleh banyak hal, diantaranya adalah adanya kandungan
logam-logam berat yang terlarut dalam air dan ada juga yang disebabkan karena
pengaruh mikroorganisme yang hidup di dalam air yang dapat menguraikan air dan zat-zat
organik dan anorganik yang menimbulkan bau yang tidak sedap.
Warna
di dalam air dapat disebabkan oleh adanya ion-ion metal alam (besi dan mangan),
humus, plankton, tanaman air dan buangan industri. Warna air biasanya
dihilangkan terutama sekali untuk penggunaan air industri dan air minum. Senyawa-senyawa
lain, misalnya zat warna yang dipakai dalam pencelupan, air limbah yang
dikeluarkan pabrik tekstil. Air limbah industri pulp dan kertas mempunyai warna
yang tinggi karena mengandung senyawa lignin/lindi hitam.
Air merupakan senyawa yang bersifat pelarut universal,
karena sifatnya tersebut, maka tidak ada air dan perairan alami yang murni.
Tetapi didalamnya terdapat unsur dan senyawa yang lain. Dengan terlarutnya
unsur dan senyawa tersebut, terutama hara mineral, maka air merupakan faktor
ekologi bagi makhluk hidup. Walaupun demikian ternyata tidak semua air dapat
secara langsung digunakan memenuhi kebutuhan makhluk hidup, tetapi harus
memenuhi kriteria dalam setiap parameternya masing-masing. Analisa Umum pada
Air Air merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, khususnya air minum
Tetapi ketersediaan air minum yang memenuhi syarat semakin sulit dipenuhi,
terlebih lagi daerah-daerah resapan air yang telah dirubah menjadi pemukiman
penduduk, limbah-limbah industri yang mencemari sungai-sungai
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
1. Untuk
kekeruhan air biasanya disebabkan oleh lempung partikel-partikel tanah dan
pencemar-pencemar kolidal3 lainnya. Untuk warna air dipengaruhi oleh
ion-ion logam secara alami ada pada air seperti besi dan mangan, dan juga oleh
buangan industri. Untuk rasa dan bau air dipengaruhi oleh kehadiran organisme
dalam air itu sendiri, bahan kimia organic maupun organic. Untuk suhu pada air
dipengaruhi oleh lingkungan disekitarnya.
2. pH air murni
adalah 7 sedangkan air baku yang diolah untuk air minum pHnya berkisar antara 5
sampai 9. Untuk air yang mengandung amoniak yang tinggu menunjukkan adanya
pencemaran, air tanah hanya sedikit mengandung amoniak, dalam air minum kadar
amoniaknya harus nihil (nol).
5.2
Saran
Diharapkan kepada praktikan untuk
belajar seputar materi yang akan dipratikumkan sebelumnya agar kesalahan yang
terjadi dapat diminalisir demi kelancarannya pratikum ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Widjanarko.2005.Tingkat Kesuburan Perairan.Jakarta:Bumi
Aksara
Syukur.2002.Kualitas Air dan Struktur Komunitas
Phytoplankton.Bogor:Yudistira
Ardayani.2005.Manajemen Kualitas Air untuk Budidaya
Perairan.Malang:UB
Press
Djaman.1983.Catatan Kuliah Ekologi Umum.Bogor:IPB
Press
Sahala.1985.Pengantar Oseanografi.Jakarta:Universitas
Indonesia
Purnailmawan.2009.Ekologi Umum.Bandung:PT Grafika Sari
Cipta
0 komentar:
Posting Komentar